Sunday, May 3, 2009

Hukum Menyandarkan Ilmu Ghaib Kepada Makhluk

Siapa yang mengklaim bahwa dirinya mengetahui salah satu dari kunci-kunci ghaib, maka ia kafir. Siapa yang mengatakan; "Besok pasti hujan," ia adalah kafir, kecuali jika ia tidak memastikan dan mengandalkan kepada ilmu pengetahuan alam yang didasarkan kepada eksperimen atau hukum kebiasaan, maka ia tidak kafir. Seperti juga mengabarkan akan adanya gerhana berdasarkan ilmu hisab atau ilmu falak.

Ibnul Haj menukil kesepakatan ulama atas kafirnya orang yang mengatakan bahwa para wali mengetahui apa yang sudah terjadi dan apa yang akan terjadi sampai hari kiamat nanti.

Bid'ah Rafidhah dan Shufiyah

Imam Ibnu Qutaibah, penyambung lidah Ahlus Sunnah pada abad ketiga, telah menjelaskan kebid'ahan dan kekufuran orang yang menyandarkan ilmu ghaib kepada makhluk. Dalam risalah Al-Ikhtilaf fil Lafzhi , beliau berkata: "Rafidhah (syi'ah) telah keterlaluan di dalam mencintai Ali Radhiallahu anhu, mereka mengunggulkannya melebihi orang yang diunggulkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan oleh seluruh sahabatnya (termasuk oleh Ali Radhiallahu anhu sendiri). Mereka mengklaim bahwa Ali derajatnya sejajar dengan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam kenabian. Mereka menganggap bahwa para imam dari anak-anaknya memiliki ilmu ghaib." Ucapan tersebut disamping dusta dan kufur adalah kebodohan yang terlalu.

Kemudian bid'ah syi'ah ini menyebar ke kalangan shufiyah (orang tasawuf) karena eratnya hubungan dua kelompok tersebut, sehingga kita dapati orang-orang shufi meyakini bahwa termasuk karamah para wali adalah melihat Lauhul Mahfuzh dan membaca isinya. Sampai Asy-Sya'rani (tokoh shufi) mengatakan bahwa Muhyiddin Ibnu Arabiy (pelopor faham menyimpang yang disebut "wihdatul wujud" , yakni bersatunya Allah dengan alam/makhluq) diberi tahu oleh Allah perbedaan antara apa yang ditulis di Lauhul Mahfuzh dengan tulisan para makhluk. Dan Abdul Karim Al-Jiliy mengklaim bahwa dirinya telah dimi'rajkan dan berkumpul dengan seluruh para Nabi, wali dan malaikat dari berbagai macamnya dan dibukakan untuknya tabir ghaib sehingga mengetahui hakikat segala sesuatu dari sejak azal sampai kepada jaman yang tak bertepi. Sampai Yusuf An-Nabhani mengatakan: "Lauhul Mahfuzh adalah hati seorang arif, artinya hati orang yang ma'rifat itu bagaikan kaca cermin yang dihadapkan kepada Lauhul Mahfuzh, apa yang tertulis di Lauhul Mahfuzh bisa terekam di hati seorang arif."

Manusia Tidak Dapat Mengetahui Alam Ghaib

Jika para rasul yang merupakan utusan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam menyampaikan syariat-Nya kepada manusia tidak mengetahui hal yang ghaib sedikitpun, maka sudah tentu manusia secara umum tidak ada yang dapat mengetahui alam ghaib atau menjangkau batasan-batasannya. Allah Subhanahu wa Ta'ala hanya memerintahkan agar mengimani perkara yang ghaib dengan keimanan yang benar.

Keyakinan seperti ini agaknya sudah mulai membias. Apalagi saat ini banyak sekali orang yang menampilkan dirinya sebagai narasumber untuk urusan-urusan yang ghaib, mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan masa depan seseorang, dari mulai jodoh, karir, bisnis, atau yang lainnya.

Kata ‘dukun’ barangkali sekarang ini jarang didengar dan bahkan serta merta mereka akan menolak bila dikatakan dukun. Dalihnya, apalagi kalau bukan seputar “Kami tidak meminta syarat-syarat apapun kepada anda”, “Kami tidak menyuruh memotong ayam putih”, dan sebagainya. Padahal praktek seperti itu adalah praktek dukun juga. Bedanya, dukun sekarang ini berpendidikan sehingga bahasa yang digunakannya pun bahasa-bahasa ilmiah, sehingga mereka jelas enggan disebut dukun.

Tak ada seorang pun yang dapat melihat dan mengetahui perkara ghaib, menentukan ini dan itu terhadap sesuatu yang belum dan akan terjadi di masa datang. Jika toh bisa, itu semata-mata bantuan dan tipuan dari setan, sehingga dusta bila itu dihasilkan dari latihan dan olah jiwa.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

“Dan sesungguhnya Iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka lalu mereka mengikutinya, kecuali sebahagian orang-orang yang beriman. Dan tidak adalah kekuasaan Iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dari siapa yang ragu-ragu tentang hal itu. Dan Rabbmu Maha Memelihara segala sesuatu.” (Saba`: 20-21)

Ada pula sebagian manusia yang memiliki aqidah rusak, di mana mereka meyakini adanya sebagian orang yang keberadaannya ghaib dari pandangan manusia, dan biasanya identik dengan orang-orang yang dianggap telah suci jiwanya. Mereka mengistilahkannya dengan roh suci atau rijalul ghaib.

Ketahuilah bahwa tidak ada istilah manusia ghaib. Tidak ada pula istilah rijalul ghaib di tengah-tengah manusia. Rijalul ghaib itu tiada lain adalah jin. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (Al-Jin: 6) (Lihat Qa’idah ‘Azhimah, hal. 152)

Alam ghaib tetaplah ghaib, sesuatu yang tidak bisa diketahui dan dilihat manusia kecuali apa yang telah Allah Subhanahu wa Ta'ala beritakan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

“(Dia adalah) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.” (Al-Jin: 26-27)

Apakah Ada selain Allah yang Mengetahui Hal Ghaib ??

1. Para Rasul Tidak Mengetahui yang Ghaib

Telah disebutkan sebelumnya bahwa sekumpulan jin datang kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian mendengarkan bacaan Al-Qur`an. Ketika itu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengetahui kehadiran mereka kecuali setelah sebuah pohon memberitahunya –dan Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha Kuasa untuk menjadikan pohon dapat berbicara– seperti yang disebutkan Al-Imam Al-Bukhari dalam Shahih-nya dari shahabat Ibnu Mas’ud radhiallahu 'anhu. Ini menunjukkan bahwa beliau tidak mengetahui perkara ghaib kecuali yang telah Allah Subhanahu wa Ta'ala kabarkan. (Nashihati li Ahlis Sunnah Minal Jin)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

“Katakanlah: ‘Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak pula aku mengetahui yang ghaib dan tidak pula aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengetahui kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.’ Katakanlah: ‘Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?’ Maka apakah kamu tidak memikirkannya?” (Al-An’am: 50)


Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman:

“Katakanlah: ‘Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak pula menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman’.” (Al-A’raf: 188)

Catatan : Para Rasul hanya mengetahui tentang hal ghaib sesuai dengan apa yang Allah wahyukan, selain dari itu, Tidak mentehauinya.

2. Para Malaikat Tidak Mengetahui yang Ghaib

Kendatipun para malaikat adalah mahluk yang dekat di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala, namun untuk urusan ghaib ternyata mereka pun tidak mengetahuinya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman saat pertama kali hendak menciptakan manusia:

“Dan ingatlah ketika Rabbmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Allah berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui.’ Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!’ Mereka menjawab: ‘Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana’.” (Al-Baqarah: 30-32)

Catatan : Para Malaikat hanya mengetahui tentang hal ghaib sesuai dengan apa yang Allah ajarkan, selain dari itu, Tidak mentehauinya.

3. Kaum Jin Tidak Mengetahui yang Ghaib

Banyak sekali orang yang tertipu dan keliru kemudian mengira jika bangsa jin mengetahui yang ghaib, terutama bagi mereka yang terjun dalam kancah sihir dan perdukunan. Akibatnya, kepercayaan dan ketergantungan mereka terhadap jin sangatlah besar sehingga menggiring mereka kepada kekufuran.

Padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan tegas telah mementahkan anggapan ini dalam firman-Nya:“Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan.” (Saba`: 14)

Definisi Ghaib

"Katakanlah: Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah." (An-Naml : 65)

Definisi Ghaib

Ar-Raghib Al-Asfahany berkata:"Apa saja yang lepas dari (jangkauan) indra dan pengetahuan manusia adalah ghaib."

Al-Baji berkata: "Ghaib adalah apa yang tidak ada dan apa yang tidak tampak oleh manusia."

Ghaib adalah segala sesuatu yang tersembunyi dan tidak terlihat oleh manusia, seperti surga, neraka dan apa yang ada di dalamnya, alam malaikat, hari akhir, alam langit dan yang lainnya yang tidak bisa diketahui manusia kecuali bila ada pemberitaan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. (Lihat Tafsir Al-Qur`anul ‘Azhim, 1/53)

Mempercayai hal-hal yang ghaib merupakan salah satu syarat dari benarnya keimanan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

“Alif laam miim. Kitab (Al-Qur`an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Qur`an) yang diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu. Serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Rabb mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (Al-Baqarah: 1-5)

Hanya Allah yang Mengetahui

Ilmu ghaib adalah khusus milik Allah. Cukup banyak ayat-ayat dan hadits yang mengatakan tentang hal tersebut. Di dalam surat Al-An'am ayat 59, Allah berfirman:
" Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)."

Sesungguhnya tak ada seorangpun yang mengetahui perkara ghaib dan hal-hal yang berhubungan dengannya, kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala telah banyak menegaskan hal ini dalam Al-Qur`an. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

“Katakanlah: ‘Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah’, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.” (An-Naml: 65)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat, dan Dialah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Luqman: 34)

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman:

“Yang demikian itu ialah Rabb Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.” (As-Sajdah: 6)

Dalam ayat lainnya:

“Allah berfirman: ‘Bukankah sudah Aku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?’.” (Al-Baqarah: 33)

Banyak sekali dalil-dalil yang berhubungan dengan masalah ini. Namun mungkin yang disebutkan di sini, sudah dapat mewakili bahwa Allah-lah yang mengetahui hal ihwal alam ghaib. Sedangkan manusia, tak ada yang bisa mengetahui dan melihatnya kecuali apa-apa yang telah Allah Subhanahu wa Ta'ala kuasakan.


Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
" Kunci-kunci ghaib ada lima, tidak ada yang mengetahuinya selain Allah. Sesungguhnya di sisi Allah terdapat ilmu tentang kiamat, Dia menurunkan hujan, dan Dia mengetahui apa yang ada di dalam rahim. Tidak ada jiwa (manusia) yang mengetahui apa yang bakal ia peroleh (alami) besok. Dan tidak ada jiwa yang mengetahui di negeri mana ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Teliti. " (HR. Al-Bukhari dan Ahmad dari Ibnu Umar, lafazhnya Ahmad)

Aisyah berkata: "Barangsiapa menyangka bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bisa memberi tahu apa yang bakal terjadi besok pagi, maka ia benar-benar telah berdusta besar kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala karena Allah telah berfirman: "Katakanlah: Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah." (An-Naml : 65)

No. Nama Arab Indonesia Inggris
1 Allah الله The God
2 Ar Rahman الرحمن Yang Memiliki Mutlak sifat Pengasih The All Beneficent
3 Ar Rahiim الرحيم Yang Memiliki Mutlak sifat Penyayang The Most Merciful
4 Al Malik الملك Yang Memiliki Mutlak sifat Merajai/Memerintah The King, The Sovereign
5 Al Quddus القدوس Yang Memiliki Mutlak sifat Suci The Most Holy
6 As Salaam السلام Yang Memiliki Mutlak sifat Memberi Kesejahteraan Peace and Blessing
7 Al Mu`min المؤمن Yang Memiliki Mutlak sifat Memberi Keamanan The Guarantor
8 Al Muhaimin المهيمن Yang Memiliki Mutlak sifat Pemelihara The Guardian, the Preserver
9 Al `Aziiz العزيز Yang Memiliki Mutlak Kegagahan The Almighty, the Self Sufficient
10 Al Jabbar الجبار Yang Memiliki Mutlak sifat Perkasa The Powerful, the Irresistible
11 Al Mutakabbir المتكبر Yang Memiliki Mutlak sifat Megah, Yang Memiliki Kebesaran The Tremendous
12 Al Khaliq الخالق Yang Memiliki Mutlak sifat Pencipta The Creator
13 Al Baari` البارئ Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Melepaskan (Membuat, Membentuk, Menyeimbangkan) The Maker
14 Al Mushawwir المصور Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Membentuk Rupa (makhluknya) The Fashioner of Forms
15 Al Ghaffaar الغفار Yang Memiliki Mutlak sifat Pengampun The Ever Forgiving
16 Al Qahhaar القهار Yang Memiliki Mutlak sifat Memaksa The All Compelling Subduer
17 Al Wahhaab الوهاب Yang Memiliki Mutlak sifat Pemberi Karunia The Bestower
18 Ar Razzaaq الرزاق Yang Memiliki Mutlak sifat Pemberi Rejeki The Ever Providing
19 Al Fattaah الفتاح Yang Memiliki Mutlak sifat Pembuka Rahmat The Opener, the Victory Giver
20 Al `Aliim العليم Yang Memiliki Mutlak sifat Mengetahui (Memiliki Ilmu) The All Knowing, the Omniscient
21 Al Qaabidh القابض Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Menyempitkan (makhluknya) The Restrainer, the Straightener
22 Al Baasith الباسط Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Melapangkan (makhluknya) The Expander, the Munificent
23 Al Khaafidh الخافض Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Merendahkan (makhluknya) The Abaser
24 Ar Raafi` الرافع Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Meninggikan (makhluknya) The Exalter
25 Al Mu`izz المعز Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Memuliakan (makhluknya) The Giver of Honor
26 Al Mudzil المذل Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Menghinakan (makhluknya) The Giver of Dishonor
27 Al Samii` السميع Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mendengar The All Hearing
28 Al Bashiir البصير Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Melihat The All Seeing
29 Al Hakam الحكم Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menetapkan The Judge, the Arbitrator
30 Al `Adl العدل Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Adil The Utterly Just
31 Al Lathiif اللطيف Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Lembut The Subtly Kind
32 Al Khabiir الخبير Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengetahui Rahasia The All Aware
33 Al Haliim الحليم Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penyantun The Forbearing, the Indulgent
34 Al `Azhiim العظيم Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Agung The Magnificent, the Infinite
35 Al Ghafuur الغفور Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pengampun The All Forgiving
36 As Syakuur الشكور Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pembalas Budi (Menghargai) The Grateful
37 Al `Aliy العلى Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Tinggi The Sublimely Exalted
38 Al Kabiir الكبير Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Besar The Great
39 Al Hafizh الحفيظ Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menjaga The Preserver
40 Al Muqiit المقيت Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pemberi Kecukupan The Nourisher
41 Al Hasiib الحسيب Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Membuat Perhitungan The Reckoner
42 Al Jaliil الجليل Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mulia The Majestic
43 Al Kariim الكريم Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pemurah The Bountiful, the Generous
44 Ar Raqiib الرقيب Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengawasi The Watchful
45 Al Mujiib المجيب Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengabulkan The Responsive, the Answerer
46 Al Waasi` الواسع Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Luas The Vast, the All Encompassing
47 Al Hakiim الحكيم Yang Memiliki Mutlak sifat Maka Bijaksana The Wise
48 Al Waduud الودود Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pencinta The Loving, the Kind One
49 Al Majiid المجيد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mulia The All Glorious
50 Al Baa`its الباعث Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Membangkitkan The Raiser of the Dead
51 As Syahiid الشهيد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menyaksikan The Witness
52 Al Haqq الحق Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Benar The Truth, the Real
53 Al Wakiil الوكيل Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memelihara The Trustee, the Dependable
54 Al Qawiyyu القوى Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Kuat The Strong
55 Al Matiin المتين Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Kokoh The Firm, the Steadfast
56 Al Waliyy الولى Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Melindungi The Protecting Friend, Patron, and Helper
57 Al Hamiid الحميد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Terpuji The All Praiseworthy
58 Al Mushii المحصى Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengkalkulasi The Accounter, the Numberer of All
59 Al Mubdi` المبدئ Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memulai The Producer, Originator, and Initiator of all
60 Al Mu`iid المعيد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengembalikan Kehidupan The Reinstater Who Brings Back All
61 Al Muhyii المحيى Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menghidupkan The Giver of Life
62 Al Mumiitu المميت Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mematikan The Bringer of Death, the Destroyer
63 Al Hayyu الحي Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Hidup The Ever Living
64 Al Qayyuum القيوم Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mandiri The Self Subsisting Sustainer of All
65 Al Waajid الواجد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penemu The Perceiver, the Finder, the Unfailing
66 Al Maajid الماجد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mulia The Illustrious, the Magnificent
67 Al Wahiid الواحد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Esa The One, the All Inclusive, the Indivisible
68 As Shamad الصمد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Dibutuhkan, Tempat Meminta The Self Sufficient, the Impregnable, the Eternally Besought of All, the Everlasting
69 Al Qaadir القادر Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menentukan, Maha Menyeimbangkan The All Able
70 Al Muqtadir المقتدر Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Berkuasa The All Determiner, the Dominant
71 Al Muqaddim المقدم Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mendahulukan The Expediter, He who brings forward
72 Al Mu`akkhir المؤخر Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengakhirkan The Delayer, He who puts far away
73 Al Awwal الأول Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Awal The First
74 Al Aakhir الأخر Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Akhir The Last
75 Az Zhaahir الظاهر Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Nyata The Manifest; the All Victorious
76 Al Baathin الباطن Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Ghaib The Hidden; the All Encompassing
77 Al Waali الوالي Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memerintah The Patron
78 Al Muta`aalii المتعالي Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Tinggi The Self Exalted
79 Al Barri البر Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penderma The Most Kind and Righteous
80 At Tawwaab التواب Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penerima Tobat The Ever Returning, Ever Relenting
81 Al Muntaqim المنتقم Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penyiksa The Avenger
82 Al Afuww العفو Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pemaaf The Pardoner, the Effacer of Sins
83 Ar Ra`uuf الرؤوف Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pengasih The Compassionate, the All Pitying
84 Malikul Mulk مالك الملك Yang Memiliki Mutlak sifat Penguasa Kerajaan (Semesta) The Owner of All Sovereignty
85 Dzul Jalaali Wal Ikraam ذو الجلال و الإكرام Yang Memiliki Mutlak sifat Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan The Lord of Majesty and Generosity
86 Al Muqsith المقسط Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Adil The Equitable, the Requiter
87 Al Jamii` الجامع Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengumpulkan The Gatherer, the Unifier
88 Al Ghaniyy الغنى Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Berkecukupan The All Rich, the Independent
89 Al Mughnii المغنى Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memberi Kekayaan The Enricher, the Emancipator
90 Al Maani المانع Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mencegah The Withholder, the Shielder, the Defender
91 Ad Dhaar الضار Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memberi Derita The Distressor, the Harmer
92 An Nafii` النافع Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memberi Manfaat The Propitious, the Benefactor
93 An Nuur النور Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Bercahaya (Menerangi, Memberi Cahaya) The Light
94 Al Haadii الهادئ Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pemberi Petunjuk The Guide
95 Al Baadii البديع Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pencipta Incomparable, the Originator
96 Al Baaqii الباقي Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Kekal The Ever Enduring and Immutable
97 Al Waarits الوارث Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pewaris The Heir, the Inheritor of All
98 Ar Rasyiid الرشيد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pandai The Guide, Infallible Teacher, and Knower
99 As Shabuur الصبور Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Sabar The Patient, the Timeless