1. Translation of the meaning of the Holy Quran
2. Abd AlWADOOD Haneef
3. Abd-ALLAH Basfar-MUJAWWAD
4. Abdel Aziz Al Ahmed
5. Abdul Azeez az-Zahrany
6. Abdul Badeia Abu Hashem
7. Abdul Fattah Shashaey
8. Abdul Khaliq Ali
9. Abdul Muhsen al-Harthy
10. Abdul Muhsen Al-Qasem & Thobaity
11. Abdul Munem Abdul Mobdi
12. Abdul Qadir Abdullah
13. Abdul rahman abdul khaliq
14. Abdul Rahman Alsudais
15. Abdul-Aziz Nada
16. Abdul-BARY Al-Thobaity
17. Abdul-Bary Mohammad
18. Abdul-WAHHAB Al-Tantawy
19. AbdulBASET -Mujawwad
20. AbdulBasit AbdulSamad
21. AbdulBasit AbdulSamad (warsh)
22. AbdulHadi Kanakry
23. Abdulhamed Hafeth
24. AbdulKarim Ad-Diwan
25. Abdulla al-Khelaify
26. Abdulla al-Rifaey
27. Abdullah al-Buraimy
28. Abdullah Al-johany
29. Abdullah Al-Matrud
30. Abdullah Basfar
31. Abdullah Khayyat
32. AbdulRahman AlMishary
33. Abu Hajar Al-Iraqi
34. Abu Huthaifa Almakki
35. Abul Wafa Al-Saeedy
36. Adel AL-Kalbany
37. Adel AL-Kalbany…sho3ba
38. Adel Rayyan
39. Ahmad A. AlTorjuman
40. Ahmad Abdul-Ghaffar Bahbah
41. Ahmad Al-Me’serawe
42. Ahmad Al-Me’serawe (Abe AlHareth)
43. Ahmad Al-Me’serawe (Alddore An Abe Amr)
44. Ahmad Al-Me’serawe (Ebn Jammaz)
45. Ahmad Al-Me’serawe (Ebn Thakwan)
46. Ahmad Al-Me’serawe (Ebn Wardan)
47. Ahmad Al-Me’serawe (Eshaq AlWarraq )
48. Ahmad Al-Me’serawe (Khalaf)
49. Ahmad AlHawashe
50. Ahmad bin Ali Al-Ajmy
51. Ahmad Khalil Shaheen
52. Ahmad Sameer Sharara
53. Ahmed al-Trabulsy
54. Ahmed Ibrahim
55. Ahmed Sameer
56. Al-Ashry Imran
57. Al-Dokaly Mohammed al-Alem -Qaloon
58. Ali Al-Hothaify
59. Ali Al-Hothaify - Qaloon
60. Ali bin Jaber
61. Ali Hajjaj Al-Suwaisy
62. Ali Saleh al-Balloushy
63. AlOyoon AlKoshe (warsh)
64. Ameen Abdul-Hameed
65. Anwar al Sabban
66. Ashraf Al Basyony
67. Ayman Mursy
68. Fahd al-Badry
69. Fahd al-Ghurab
70. Fahd al-Kundury
71. Faisal Abdul-Rahman al-Shiddy
72. Faisal Al-Hulaiby
73. Faris Abbad
74. Hani Ar-Refa’i
75. Hazza’ Al-Masory
76. Hesham Al-muhaimeed
77. Hosain Al-Alshaikh
78. Ibraheem AbduLLAH al-Marzouqy
79. Ibraheem al-Akhdar
80. Ibraheem Al-thwaini
81. Ibrahem Asery
82. Ibrahim al-Amry
83. Ibrahim Al-Jibreen
84. Ibrahim As-Sa’dan
85. Ismael al-Shiekh
86. Jazza’a Al-Sowaileh
87. Khaled Al-Majed
88. Khaled al-Muhanna
89. Khalid AboShadi
90. Khalid Al-Qahtani
91. Khalid Al-Saeedi
92. Khalid Ar-rumaih
93. Lafy al-ouny
94. Maged al-Zamel
95. Maher al-Mueaqly
96. Mahmoud Al-Hosary
97. Mahmoud Al-Hosary (Egyptian Radio)
98. Mahmoud Alhosary-Dury
99. Mahmoud Alhosary-warsh
100. Mahmoud Ali al-Banna
101. Mahmoud Emad AbdulFatah
102. Mahmoud Ghonaym
103. Mahmoud Hosary - learning
104. Majed Farouk
105. Mamoon al-Rawy
106. Mishal Yousuf al-Matar
107. Mishary Rashed - Sho’ba
108. Mishary Rashed al-Efasy (1424 H)
109. Mishary Rashed al-Efasy (Albazzi)
110. Mishary Rashed al-Efasy (warsh)
111. Mishary Rashid Al-Efasi
112. Mohammad Abdul Hady
113. Mohammad al-Dubeykhy
114. Mohammad Al-Luhaidan
115. Mohammad al-Zenan
116. Mohammad Farouk - qaloon
117. Mohammad Farouk Mansy
118. Mohammad Hassan
119. Mohammad Ibrahim Shalaan
120. Mohammed Abo Sunaina-qaloon
121. Mohammed Almohaisny
122. Mohammed Ayyoob
123. Mohammed El Sherief
124. Mohammed Nizar bin Marwan
125. Mohammed Rif’at
126. Mosa Hasan Meyan
127. Muhammad AbdulKareem
128. Muhammad AbdulKareem-Bezzy
129. Muhammad Al-Barrak
130. Muhammad al-Majed
131. Muhammad al-Munajjed
132. Muhammad al-Tablawy
133. Muhammad al-Tayyeb Hamdan
134. Muhammad al-Ubaid
135. Muhammad Ayyoub -from Haram
136. Muhammad Jibreel
137. Muhammad Khalil
138. Muhammad Saleh Abu-Zaid
139. Muhammad Sedeeq Al-Menshawe
140. Muhammad Sedeeq Al-Menshawe-learning
141. Muhammad Yusuf
142. Muhammed al-Imam
143. Muhammed Fallata
144. Muhammed Ismael
145. Mustafa Ezzat Humaidan
146. Mustafa Gharby -Warsh
147. Mustafa Ismael
148. Nabeel Al-Refaee
149. Nader Al-Qalawe
150. Naser Al-Qetami
151. Nassir Al-Ghamidi
152. Neamah Alhassan
153. Nour el-Deen Ahmed
154. Qadry Muhammad
155. Qadry Muhammad (rewayat albizzy)
156. Qadry Muhammad (rewayat qaloon)
157. Qadry Muhammad (rewayat shu’ba
158. Qays Hael & Hasan Qaree
159. Ramadan al-Sabbagh
160. Reda AbdulMehsen
161. Reyad al Khulaify
162. Ricitation from al-Masjid al-Nabawy
163. Riyad AlFawaz
164. Sa’d Al-Ghomidi
165. Saad Hasan
166. Saber Abdul-Hakam
167. Said Saeed
168. Salah Al-Budair
169. Salah al-Hashem
170. Salah al-Hashem (sosi)
171. Salah al-Zayyat
172. Salah Alrashed
173. Salah Bo Khater
174. Saleh al-Amry
175. Saleh Al-Habdan
176. Saleh al-Mukayteep
177. Saleh Al-Taleb
178. Salem Abdul-Jaleel
179. Samer Al-Basheree
180. Sami Al-Dosary
181. Sayyed Jomah
182. Sa’eed Sha’lan
183. Shaaban ElSayiad
184. Shady al-Sayyed
185. Shaikh AbuBakr As-Shatery
186. Su’ud As-Shuraim
187. Sulaiman hamad Al-oda
188. Sultan Althiabi
189. Sultan H. Al-Owaid
190. Talha Mohammed Tawfeeq
191. Tareq al-Hawwas
192. Tareq Ibrahim
193. Tawfiq As-Sayegh
194. Teaching Quran for Children
195. Umar al-Quzbary
196. Usama al-safi
197. Usama Khayyat
198. Waleed al-Dleemy
199. Waleed al-Maged
200. Waleed Atef
201. Waleed Idrees - alsousy
202. Waleed Idrees - Khalaf
203. Yahya al-Yahya
204. Yahya Hawa
205. Yaseen Darweesh
206. Yasser al-Dosary
207. Yasser Alfailekawe
208. Yasser Ibraheem Al-Mazroee (Ruwais & Raoh An Yaaqob)
209.Yasser Sabry
210. Yasser Salamah
211. Yasser Seyry
212.Yousuf al-Shweey
213. Zeyad
Sunday, April 19, 2009
Tuesday, April 14, 2009
Rukun Laa ilaaha illallah
Laa ilaaha illallah mempunyai dua rukun, yaitu:
1. An-Nafyu (peniadaan) artinya membatalkan syirik dengan segala bentuknya dan mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang disembah selain Allah.
2. Al-Itsbat (penetapan) artinya menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah dan mewajibkan pengamalan sesuai dengan konsekuensinya.
Dalil dari kedua rukun Laa ilaaha illallah ini adalah firman Allah (yang artinya):
“Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat…” (Al Baqarah:256)
‘Barangsiapa yang ingkar kepada thaghut’ adalah makna dari rukun pertama Laa ilaaha, sedangkan ‘Beriman kepada Allah’ adalah makna rukun kedua illallah.
Artikel Lain
Memaknai Syahadat
Makna Laa ilaaha illallah
Syarat Laa ilaaha illallah
Rukun Laa ilaaha illallah
1. An-Nafyu (peniadaan) artinya membatalkan syirik dengan segala bentuknya dan mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang disembah selain Allah.
2. Al-Itsbat (penetapan) artinya menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah dan mewajibkan pengamalan sesuai dengan konsekuensinya.
Dalil dari kedua rukun Laa ilaaha illallah ini adalah firman Allah (yang artinya):
“Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat…” (Al Baqarah:256)
‘Barangsiapa yang ingkar kepada thaghut’ adalah makna dari rukun pertama Laa ilaaha, sedangkan ‘Beriman kepada Allah’ adalah makna rukun kedua illallah.
Artikel Lain
Memaknai Syahadat
Makna Laa ilaaha illallah
Syarat Laa ilaaha illallah
Rukun Laa ilaaha illallah
Syarat Laa ilaaha illallah
Bersaksi Laa ilaaha illallah harus dengan tujuh syarat, tanpa syarat-syarat ini tidak bermanfaat bagi yang mengucapkan. Syarat-syarat tersebut adalah:
1. Al-Ilmu artinya mengetahui makna kalimat ini. Karenanya orang yang mengucapkan tanpa memahami makna dan konsekuensinya, ia tidak dapat memetik manfaat sedikitpun, bagaikan orang yang berbicara dengan bahasa tertentu tapi ia tidak mengerti apa yang diucapkannya.
Dalilnya adalah firman Allah (yang artinya):
“Maka ketahuilah bahwa tiada sesembahan (yang haq) selain Allah.” (Muhammad:19)
“Melainkan orang yang menyaksikan kebenaran sedang mereka mengerti.” (Az-Zukhruf:86)
Hadits dari Utsman bin Affan Radhiallahu 'Anhu, katanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda (yang artinya):
“Barangsiapa mati dan dia mengetahui bahwasanya Laa ilaaha illallah ,maka dia akan masuk surga.” (HR. Muslim)
2. Al-Yaqin artinya meyakini sepenuhnya kebenaran kalimat ini tanpa ragu dan bimbang sedikitpun.
Dalilnya firman Allah (yang artinya):
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman keapda Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (Al-Hujurat: 15)
Hadits dari Abu Hurairah (yang artinya):
“Tidaklah bertemu Allah seorang hamba yang membawa kedua kalimat syahadat dan dia betul-betul tidak ragu-ragu kecuali dia masuk surga.” (HR. Muslim)
3. Al-Ikhlas artinya ikhlas tanpa disertai kesyirikan sedikitpun. Inilah konsekuensi pokok Laa ilaaha illallah.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda (yang artinya):
”Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan semata mengharap agar mendapat ridha Allah ‘Azza wa Jalla.” (HR. Bukhari-Muslim)
4. Ash-Shidqu artinya jujur tanpa disertai sifat kemunafikan, karena banyak sekali yang mengucapkan kalimat ini akan tetapi tidak diyakini isinya dalam hati.
Firman Allah (yang artinya):
“Di antara manusia ada yang mengatakan, ‘Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mreka berdusta.” (Al-Baqarah:8-10)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
“Tiadalah seseorang bersaksi secara jujur dari hatinya bahwa tiada sesembahan yang haq selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, kecuali orang tersebut diharamkan dari neraka.” (Bukhari-Muslim)
5. Al-Mahabbah artinya mencintai kalimat ini dan segala konsekuensinya serta merasa gembira dengan hal itu, hal ini berbeda dengan apa yang dilakukan orang-orang munafik.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (yang artinya):
“Dan di antara manusia ada yang menjadikan sekutu-sekutu selain Allah, mereka mencintainya seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat cinta kepada Allah.” (Al-Baqarah:165)
Dalam hadits shahih dari Anas bin Malik Radhiallahu 'Anhu, katanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda (yang artinya):
“Tiga perkara, jika dimiliki oelh seseorang, ia akan mendapat manisnya iman, yaitu: mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih daripada yang lain, mencintai seseorang karena Allah semata, dan membenci kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan oleh Allah dari kekafiran seperti ia membenci jika dicampakkan ke dalam api neraka.”
6. Al-Inqiyad artinya tunduk dan patuh melaksanakan hak-hak kalimat ini, dengan cara melaksanakan kewajiban atas dasar ikhlas dan mencari ridha Allah, ini termasuk konsekuensinya.
Firman Allah Azza wa Jalla (yang artinya):
“Dan siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah dan berbuat baik, maka dia telah berpegang kepada urwatul wutsqa.” (Lukman:22)
7. Al-Qobul artinya menerima apa adanya tanpa menolak, hal ini dibuktikan dengan melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan Allah.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (yang artinya):
“Sesungguhnya apabila dikatakan kepada mereka Laa ilaaha illallah mereka takabur.” (Ash-Shofat:35)
Syarat-syarat di atas diambil oleh para ulama dari nash Al-Qur’an dan sunnah yang membahas secara khusus tentang kalimat agung ini, menjelaskan hak dan aturan-aturan yang berkaitan dengannya. Yang intinya, kalimat Laa ilaaha illallah bukan sekedar diucapkan dengan lisan.
Artikel Lain
Memaknai Syahadat
Makna Laa ilaaha illallah
Syarat Laa ilaaha illallah
Rukun Laa ilaaha illallah
1. Al-Ilmu artinya mengetahui makna kalimat ini. Karenanya orang yang mengucapkan tanpa memahami makna dan konsekuensinya, ia tidak dapat memetik manfaat sedikitpun, bagaikan orang yang berbicara dengan bahasa tertentu tapi ia tidak mengerti apa yang diucapkannya.
Dalilnya adalah firman Allah (yang artinya):
“Maka ketahuilah bahwa tiada sesembahan (yang haq) selain Allah.” (Muhammad:19)
“Melainkan orang yang menyaksikan kebenaran sedang mereka mengerti.” (Az-Zukhruf:86)
Hadits dari Utsman bin Affan Radhiallahu 'Anhu, katanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda (yang artinya):
“Barangsiapa mati dan dia mengetahui bahwasanya Laa ilaaha illallah ,maka dia akan masuk surga.” (HR. Muslim)
2. Al-Yaqin artinya meyakini sepenuhnya kebenaran kalimat ini tanpa ragu dan bimbang sedikitpun.
Dalilnya firman Allah (yang artinya):
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman keapda Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (Al-Hujurat: 15)
Hadits dari Abu Hurairah (yang artinya):
“Tidaklah bertemu Allah seorang hamba yang membawa kedua kalimat syahadat dan dia betul-betul tidak ragu-ragu kecuali dia masuk surga.” (HR. Muslim)
3. Al-Ikhlas artinya ikhlas tanpa disertai kesyirikan sedikitpun. Inilah konsekuensi pokok Laa ilaaha illallah.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda (yang artinya):
”Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan semata mengharap agar mendapat ridha Allah ‘Azza wa Jalla.” (HR. Bukhari-Muslim)
4. Ash-Shidqu artinya jujur tanpa disertai sifat kemunafikan, karena banyak sekali yang mengucapkan kalimat ini akan tetapi tidak diyakini isinya dalam hati.
Firman Allah (yang artinya):
“Di antara manusia ada yang mengatakan, ‘Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mreka berdusta.” (Al-Baqarah:8-10)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
“Tiadalah seseorang bersaksi secara jujur dari hatinya bahwa tiada sesembahan yang haq selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, kecuali orang tersebut diharamkan dari neraka.” (Bukhari-Muslim)
5. Al-Mahabbah artinya mencintai kalimat ini dan segala konsekuensinya serta merasa gembira dengan hal itu, hal ini berbeda dengan apa yang dilakukan orang-orang munafik.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (yang artinya):
“Dan di antara manusia ada yang menjadikan sekutu-sekutu selain Allah, mereka mencintainya seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat cinta kepada Allah.” (Al-Baqarah:165)
Dalam hadits shahih dari Anas bin Malik Radhiallahu 'Anhu, katanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda (yang artinya):
“Tiga perkara, jika dimiliki oelh seseorang, ia akan mendapat manisnya iman, yaitu: mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih daripada yang lain, mencintai seseorang karena Allah semata, dan membenci kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan oleh Allah dari kekafiran seperti ia membenci jika dicampakkan ke dalam api neraka.”
6. Al-Inqiyad artinya tunduk dan patuh melaksanakan hak-hak kalimat ini, dengan cara melaksanakan kewajiban atas dasar ikhlas dan mencari ridha Allah, ini termasuk konsekuensinya.
Firman Allah Azza wa Jalla (yang artinya):
“Dan siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah dan berbuat baik, maka dia telah berpegang kepada urwatul wutsqa.” (Lukman:22)
7. Al-Qobul artinya menerima apa adanya tanpa menolak, hal ini dibuktikan dengan melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan Allah.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (yang artinya):
“Sesungguhnya apabila dikatakan kepada mereka Laa ilaaha illallah mereka takabur.” (Ash-Shofat:35)
Syarat-syarat di atas diambil oleh para ulama dari nash Al-Qur’an dan sunnah yang membahas secara khusus tentang kalimat agung ini, menjelaskan hak dan aturan-aturan yang berkaitan dengannya. Yang intinya, kalimat Laa ilaaha illallah bukan sekedar diucapkan dengan lisan.
Artikel Lain
Memaknai Syahadat
Makna Laa ilaaha illallah
Syarat Laa ilaaha illallah
Rukun Laa ilaaha illallah
Makna Laa ilaaha illallah
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin dalam bukunya yang diterjemahkan menjadi “Murnikan Syahadat Anda” (hal.35) membawakan analisa Syaikh Sulaiman bin Abdullah dalam buku tafsir ‘Aziz Al-Hamid syarah Kitab Tauhid halaman 53; beliau, Syaikh Sulaiman bin Abdullah menyebutkan makna Laa ilaaha illallah adalah Laa ma’ buda bihaqqin illa ilaahun wahid (tidak ada yang disembah yang sebenarnya kecuali ilah yang satu), yaitu Allah yang tunggal yang tiada memiliki sekutu baginya.
“Dan tiadalah Kami mengutus sebelummu (Muhammad) seorang rasul pun kecuali Kami wahyukan kepadanya, bahwa sesungguhnya tidak ada ilah kecuali Aku, maka sembahlah Aku.” (Al-Anbiya’:25)
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thaghut.” (An-Nahl:36)
Makna ilah yang sebenarnya adalah al-ma’bud (sesuatu yang disembah). Karenanya ketika Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mengajak orang musyrik Quraisy untuk mengucapkan Laa ilaaha illallah, mereka menjawab:
“Mengapa ia menjadikan ilah-ilah itu ilah yang satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (Shad:5)
Demikian penjelasan Syaikh Jibrin pada buku tersebut hal.35-37.
Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan di dalam bukunya, yang diterjemahkan dengan judul “Kitab Tauhid I” pada hal 52-53 menjelaskan beberapa penafsiran batil menganai Laa ilaaha illallah ini yang banyak beredar di masyrakat. (Saya nukil dengan sedikit perubahan) Adapun yang menafsirkan “Tidak ada sesembahan kecuali Allah”, “Tidak ada Tuhan selain Allah”; ini adalah tafsiran yang batil. Hal ini menyelisihi kenyataan, karena pada kenyataannya ada yang disembah kecuali Allah. Kemudian, tafsiran tersebut dapat berarti juga bahwa setiap yang disembah baik yang haq maupun batil adalah Allah.
Sedangkan penafsiran “Tidak ada pencipta selain Allah”, “Tidak ada pemberi rizqi kecuali Allah”, ini hanyalah sebagian dari arti kalimat Laa ilaaha illallah. Bukan ini yang dimaksud, karena arti ini hanya mencakup tauhid rububiyah saja, sedangkan tauhid meliputi rububiyah, uluhiyah, dan asma dan sifat Allah.
Demikian pula penafsiran “Tidak ada hakim (penentu hukum) kecuali Allah”, ini juga cuma sebagian dari kalimat Laa ilaaha illallah. Bukan ini yang dikehendaki, karenanya maknanya belum cukup.
Artikel Lain
Memaknai Syahadat
Makna Laa ilaaha illallah
Syarat Laa ilaaha illallah
Rukun Laa ilaaha illallah
“Dan tiadalah Kami mengutus sebelummu (Muhammad) seorang rasul pun kecuali Kami wahyukan kepadanya, bahwa sesungguhnya tidak ada ilah kecuali Aku, maka sembahlah Aku.” (Al-Anbiya’:25)
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thaghut.” (An-Nahl:36)
Makna ilah yang sebenarnya adalah al-ma’bud (sesuatu yang disembah). Karenanya ketika Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mengajak orang musyrik Quraisy untuk mengucapkan Laa ilaaha illallah, mereka menjawab:
“Mengapa ia menjadikan ilah-ilah itu ilah yang satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (Shad:5)
Demikian penjelasan Syaikh Jibrin pada buku tersebut hal.35-37.
Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan di dalam bukunya, yang diterjemahkan dengan judul “Kitab Tauhid I” pada hal 52-53 menjelaskan beberapa penafsiran batil menganai Laa ilaaha illallah ini yang banyak beredar di masyrakat. (Saya nukil dengan sedikit perubahan) Adapun yang menafsirkan “Tidak ada sesembahan kecuali Allah”, “Tidak ada Tuhan selain Allah”; ini adalah tafsiran yang batil. Hal ini menyelisihi kenyataan, karena pada kenyataannya ada yang disembah kecuali Allah. Kemudian, tafsiran tersebut dapat berarti juga bahwa setiap yang disembah baik yang haq maupun batil adalah Allah.
Sedangkan penafsiran “Tidak ada pencipta selain Allah”, “Tidak ada pemberi rizqi kecuali Allah”, ini hanyalah sebagian dari arti kalimat Laa ilaaha illallah. Bukan ini yang dimaksud, karena arti ini hanya mencakup tauhid rububiyah saja, sedangkan tauhid meliputi rububiyah, uluhiyah, dan asma dan sifat Allah.
Demikian pula penafsiran “Tidak ada hakim (penentu hukum) kecuali Allah”, ini juga cuma sebagian dari kalimat Laa ilaaha illallah. Bukan ini yang dikehendaki, karenanya maknanya belum cukup.
Artikel Lain
Memaknai Syahadat
Makna Laa ilaaha illallah
Syarat Laa ilaaha illallah
Rukun Laa ilaaha illallah
Labels:
alam ghoib,
bank ghoib,
ghoib,
ilmu ghoib,
majalah ghoib,
uang ghoib
Memaknai Syahadat Laa ilaaha illallah !!
Memaknai Syahadat Laa ilaaha illallah !!
Syahadat Laa ilaaha illallah merupakan pondasi dasar dienul Islam. Ia merupakan rukun pertama dari rukun Islam yang lima. Kalimat Laa ilaaha illallah merupakan kalimat yang menjadi pemisah antara mukmin dan kafir. Ia menjadi tujuan diciptakannya makhluk. Ia juga merupakan sebab di utusnya para rasul. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sendiri diperintah untuk memerangi manusia sehingga manusia mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah, sebagaimana hadits yang terdapat dalam Bukhari dan Muslim, yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu (yang artinya):
“Aku diperintah memerangi manusia sehingga mereka mengucapkan Laa ilaaha illallah. Barangsiapa yang telah mengucapkan Laa ilaaha illallah berarti selamat dariku harta dan jiwanya kecuali hak keduanya. Dan adapun perhitungannya (diserahkan) kepada Allah Azza wa Jalla.”
Karena kalimat Laa ilaaha illallah ini pula ditegakkan timbangan keadilan dan catatan amal. Merupakan materi utama yang akan ditanyakan dan dihisab, merupakan asas agama, merupakan hak Allah atas hamba-Nya untuk masuk Islam dan kunci keselamatan, penentu surga dan neraka.
Kita terkadang melihat sebagian kaum muslimin –kalau tidak boleh dikatakan banyak- setelah mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah, telah merasa bahwa dirinya sudah selamat dari api neraka. Asalkan sudah mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah sudah pasti masuk surga, sudah jaminan bebas dari api neraka. Mereka tidak lagi melihat haram dan haram. Tidak memperhatikan lagi apakah melakukan ke-syirik-kan atau tidak. Apakah telah melakukan perbuatan yang bisa membatalkan syahadat-nya atau tidak.
Mereka, selain menyembah Allah juga menyembah kepada yang lain. Datang dan minta ke kuburan, menyembah kuburan, minta berkah kepada batu atau pohon, menggunakan jimat dan mantra-mantra, berdoa kepada selain Allah, menyembelih binatang untuk selain Allah, bernadzar kepada selain Allah, bersumpah kepada selain Allah, datang, percaya, dan minta kepada dukun, melakukan sihir, dan melakukan perbuatan-perbuatan lainnya yang dapat mengurangi kesempurnaan bahkan membatalkan syahadatnya.
Ketika diberitahu dan diingatkan, terkadang di antara mereka berdalih dengan hadits: dari Anas bin Malik Radhiallahu 'Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda kepada Muadz bin Jabal (yang artinya):
“ Tak ada seorang hamba pun yang bersaksi bahwa tiada illah kecuali Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya kecuali Allah mengharamkan baginya neraka.” (Riwayat Muslim)
Sudahkah mereka memahami, apa makna kalimat Laa ilaaha illallah? Apa syarat dan rukun-nya, apa pula konsekuensinya dan pembatal-pembatalnya?
Ketika mereka (para penyembah berhala) diberitahu, dijelaskan kebenaran, kebanyakan dari mereka berpaling, kecuali orang-orang yang dirahmati oleh Allah. Mereka tetap saja menyembah berhala dan tidak mau mendengarkan firman Allah dan sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, serta menolak petunjuk orang-orang yang memberi nasihat, dan barangkali juga mereka justru menentang dan menyakiti orang yang mengingkari kebatilan dan dosa-dosa mereka. Allahu Musta’an.
Mereka lupa (atau berpura-pura lupa?) atau bodoh (atau berpura-pura bodoh?)? Atau memang karena tidak tahu? Belum sampai penjelasan kepada mereka? entahlah. Allahu A’lam; bahwa di dalam kalimat Laa ilaaha illallah terdapat syarat dan rukun yang harus kita penuhi, konsekuensi-konsekuensi yang harus kita laksanakan, ada juga pembatal-pembatal yang harus kita tingggalkan dan jauhi. Jadi tidak semata-mata hanya mengucapkan Laa ilaaha illallah semuanya menjadi beres.
Kalau kita tidak waspada dan hati-hati, kita dapat berbuat seperti mereka, melakukan hal-hal yang dapat mengurangi kesempurnaan tauhid, bahkan melakukan hal-hal yang dapat membatalkan Laa ilaaha illallah kita. Naudzu billahi min dzalik. Kita berlindung dari hal yang demikian.
Karenanya mari kita bersama-sama mengoreksi syahadat Laa ilaaha illallah yang telah kita ucapkan. Apakah sudah memenuhi syarat dan rukunnya, maknanya, konsekuensinya, apakah telah meninggalkan pembatal-pembatalnya atau belum. Apabila sudah, alhamdulillah, itu yang kita harapkan. Namun apabila sebaliknya, marilah kita perbaiki, mumpung masih ada kesempatan. Selagi ajal belum sampai tenggorokan.
Artikel Lain
Memaknai Syahadat
Makna Laa ilaaha illallah
Syarat Laa ilaaha illallah
Rukun Laa ilaaha illallah
Syahadat Laa ilaaha illallah merupakan pondasi dasar dienul Islam. Ia merupakan rukun pertama dari rukun Islam yang lima. Kalimat Laa ilaaha illallah merupakan kalimat yang menjadi pemisah antara mukmin dan kafir. Ia menjadi tujuan diciptakannya makhluk. Ia juga merupakan sebab di utusnya para rasul. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sendiri diperintah untuk memerangi manusia sehingga manusia mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah, sebagaimana hadits yang terdapat dalam Bukhari dan Muslim, yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu (yang artinya):
“Aku diperintah memerangi manusia sehingga mereka mengucapkan Laa ilaaha illallah. Barangsiapa yang telah mengucapkan Laa ilaaha illallah berarti selamat dariku harta dan jiwanya kecuali hak keduanya. Dan adapun perhitungannya (diserahkan) kepada Allah Azza wa Jalla.”
Karena kalimat Laa ilaaha illallah ini pula ditegakkan timbangan keadilan dan catatan amal. Merupakan materi utama yang akan ditanyakan dan dihisab, merupakan asas agama, merupakan hak Allah atas hamba-Nya untuk masuk Islam dan kunci keselamatan, penentu surga dan neraka.
Kita terkadang melihat sebagian kaum muslimin –kalau tidak boleh dikatakan banyak- setelah mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah, telah merasa bahwa dirinya sudah selamat dari api neraka. Asalkan sudah mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah sudah pasti masuk surga, sudah jaminan bebas dari api neraka. Mereka tidak lagi melihat haram dan haram. Tidak memperhatikan lagi apakah melakukan ke-syirik-kan atau tidak. Apakah telah melakukan perbuatan yang bisa membatalkan syahadat-nya atau tidak.
Mereka, selain menyembah Allah juga menyembah kepada yang lain. Datang dan minta ke kuburan, menyembah kuburan, minta berkah kepada batu atau pohon, menggunakan jimat dan mantra-mantra, berdoa kepada selain Allah, menyembelih binatang untuk selain Allah, bernadzar kepada selain Allah, bersumpah kepada selain Allah, datang, percaya, dan minta kepada dukun, melakukan sihir, dan melakukan perbuatan-perbuatan lainnya yang dapat mengurangi kesempurnaan bahkan membatalkan syahadatnya.
Ketika diberitahu dan diingatkan, terkadang di antara mereka berdalih dengan hadits: dari Anas bin Malik Radhiallahu 'Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda kepada Muadz bin Jabal (yang artinya):
“ Tak ada seorang hamba pun yang bersaksi bahwa tiada illah kecuali Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya kecuali Allah mengharamkan baginya neraka.” (Riwayat Muslim)
Sudahkah mereka memahami, apa makna kalimat Laa ilaaha illallah? Apa syarat dan rukun-nya, apa pula konsekuensinya dan pembatal-pembatalnya?
Ketika mereka (para penyembah berhala) diberitahu, dijelaskan kebenaran, kebanyakan dari mereka berpaling, kecuali orang-orang yang dirahmati oleh Allah. Mereka tetap saja menyembah berhala dan tidak mau mendengarkan firman Allah dan sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, serta menolak petunjuk orang-orang yang memberi nasihat, dan barangkali juga mereka justru menentang dan menyakiti orang yang mengingkari kebatilan dan dosa-dosa mereka. Allahu Musta’an.
Mereka lupa (atau berpura-pura lupa?) atau bodoh (atau berpura-pura bodoh?)? Atau memang karena tidak tahu? Belum sampai penjelasan kepada mereka? entahlah. Allahu A’lam; bahwa di dalam kalimat Laa ilaaha illallah terdapat syarat dan rukun yang harus kita penuhi, konsekuensi-konsekuensi yang harus kita laksanakan, ada juga pembatal-pembatal yang harus kita tingggalkan dan jauhi. Jadi tidak semata-mata hanya mengucapkan Laa ilaaha illallah semuanya menjadi beres.
Kalau kita tidak waspada dan hati-hati, kita dapat berbuat seperti mereka, melakukan hal-hal yang dapat mengurangi kesempurnaan tauhid, bahkan melakukan hal-hal yang dapat membatalkan Laa ilaaha illallah kita. Naudzu billahi min dzalik. Kita berlindung dari hal yang demikian.
Karenanya mari kita bersama-sama mengoreksi syahadat Laa ilaaha illallah yang telah kita ucapkan. Apakah sudah memenuhi syarat dan rukunnya, maknanya, konsekuensinya, apakah telah meninggalkan pembatal-pembatalnya atau belum. Apabila sudah, alhamdulillah, itu yang kita harapkan. Namun apabila sebaliknya, marilah kita perbaiki, mumpung masih ada kesempatan. Selagi ajal belum sampai tenggorokan.
Artikel Lain
Memaknai Syahadat
Makna Laa ilaaha illallah
Syarat Laa ilaaha illallah
Rukun Laa ilaaha illallah
Thursday, April 2, 2009
Makna Lafad Allah
Lafad Allah berasal dari kata ilah yang merupakan kata jenis yang diberikan untuk semua sembahan, baik yang benar maupun yang batil, tetapi kemudian hanya diperuntukkan bagi sesembahan yang benar (haqq) saja. Adapun Allah adalah nama yang tertentu bagi sesembahan yang haqq, dan tidak diberikan kepada yang lain. Ia merupakan kata jadian yang berasal dari kata ilahah, atau uluhah, atau uluhiyyah, yang semuanya berarti “ibadah” hanya di sini kata itu diartikan sebagai ma’bud (yang disembah).
Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa lafal jalalah ini berasal dari kata alaha yang berarti tahayyana (bingung), sebab Allah SWT membuat akal dan pemahaman menjadi bingung jika memikirkan keadaan-Nya.
Pendapat lain mengatakan bahwa kata Allah itu berasal dari kata aliha yang artinya “senang” atau “menaruh kepercayaan kepada-Nya,” sebab hati menjadi tenteram dan mengingat-Nya, dan jiwa menjadi tenang dengan mengenal-Nya. Dan masih banyak lagi pendapat lainnya.
Allah adalah nama yang diberikan kepada Dzat yang maujud dan haqq, yang mengumpulkan segala sifat rububiyah, yang munfarid dengan wujud hakiki, sebab semua yang wujud selain dia tidak berhak untuk menjadi ada dengan sendirinya, melainkan keberadaannya bergantung kepada-Nya.
Allah adalah nama yang mengumpulan makna semua nama dan hakikat-Nya, dan merupakan Dzat yang disembah secara haqq. Dia tidak membutuhkan siapapun, bahkan yang lainnyalah yang butuh kepada-Nya.
Sumber : Rahasiah 99 Nama Allah yang Indah
Penulis : Ustad Mahmud Samily
Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa lafal jalalah ini berasal dari kata alaha yang berarti tahayyana (bingung), sebab Allah SWT membuat akal dan pemahaman menjadi bingung jika memikirkan keadaan-Nya.
Pendapat lain mengatakan bahwa kata Allah itu berasal dari kata aliha yang artinya “senang” atau “menaruh kepercayaan kepada-Nya,” sebab hati menjadi tenteram dan mengingat-Nya, dan jiwa menjadi tenang dengan mengenal-Nya. Dan masih banyak lagi pendapat lainnya.
Allah adalah nama yang diberikan kepada Dzat yang maujud dan haqq, yang mengumpulkan segala sifat rububiyah, yang munfarid dengan wujud hakiki, sebab semua yang wujud selain dia tidak berhak untuk menjadi ada dengan sendirinya, melainkan keberadaannya bergantung kepada-Nya.
Allah adalah nama yang mengumpulan makna semua nama dan hakikat-Nya, dan merupakan Dzat yang disembah secara haqq. Dia tidak membutuhkan siapapun, bahkan yang lainnyalah yang butuh kepada-Nya.
Sumber : Rahasiah 99 Nama Allah yang Indah
Penulis : Ustad Mahmud Samily
Subscribe to:
Posts (Atom)
No. | Nama | Arab | Indonesia | Inggris |
---|---|---|---|---|
1 | Allah | الله | The God | |
2 | Ar Rahman | الرحمن | Yang Memiliki Mutlak sifat Pengasih | The All Beneficent |
3 | Ar Rahiim | الرحيم | Yang Memiliki Mutlak sifat Penyayang | The Most Merciful |
4 | Al Malik | الملك | Yang Memiliki Mutlak sifat Merajai/Memerintah | The King, The Sovereign |
5 | Al Quddus | القدوس | Yang Memiliki Mutlak sifat Suci | The Most Holy |
6 | As Salaam | السلام | Yang Memiliki Mutlak sifat Memberi Kesejahteraan | Peace and Blessing |
7 | Al Mu`min | المؤمن | Yang Memiliki Mutlak sifat Memberi Keamanan | The Guarantor |
8 | Al Muhaimin | المهيمن | Yang Memiliki Mutlak sifat Pemelihara | The Guardian, the Preserver |
9 | Al `Aziiz | العزيز | Yang Memiliki Mutlak Kegagahan | The Almighty, the Self Sufficient |
10 | Al Jabbar | الجبار | Yang Memiliki Mutlak sifat Perkasa | The Powerful, the Irresistible |
11 | Al Mutakabbir | المتكبر | Yang Memiliki Mutlak sifat Megah, Yang Memiliki Kebesaran | The Tremendous |
12 | Al Khaliq | الخالق | Yang Memiliki Mutlak sifat Pencipta | The Creator |
13 | Al Baari` | البارئ | Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Melepaskan (Membuat, Membentuk, Menyeimbangkan) | The Maker |
14 | Al Mushawwir | المصور | Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Membentuk Rupa (makhluknya) | The Fashioner of Forms |
15 | Al Ghaffaar | الغفار | Yang Memiliki Mutlak sifat Pengampun | The Ever Forgiving |
16 | Al Qahhaar | القهار | Yang Memiliki Mutlak sifat Memaksa | The All Compelling Subduer |
17 | Al Wahhaab | الوهاب | Yang Memiliki Mutlak sifat Pemberi Karunia | The Bestower |
18 | Ar Razzaaq | الرزاق | Yang Memiliki Mutlak sifat Pemberi Rejeki | The Ever Providing |
19 | Al Fattaah | الفتاح | Yang Memiliki Mutlak sifat Pembuka Rahmat | The Opener, the Victory Giver |
20 | Al `Aliim | العليم | Yang Memiliki Mutlak sifat Mengetahui (Memiliki Ilmu) | The All Knowing, the Omniscient |
21 | Al Qaabidh | القابض | Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Menyempitkan (makhluknya) | The Restrainer, the Straightener |
22 | Al Baasith | الباسط | Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Melapangkan (makhluknya) | The Expander, the Munificent |
23 | Al Khaafidh | الخافض | Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Merendahkan (makhluknya) | The Abaser |
24 | Ar Raafi` | الرافع | Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Meninggikan (makhluknya) | The Exalter |
25 | Al Mu`izz | المعز | Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Memuliakan (makhluknya) | The Giver of Honor |
26 | Al Mudzil | المذل | Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Menghinakan (makhluknya) | The Giver of Dishonor |
27 | Al Samii` | السميع | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mendengar | The All Hearing |
28 | Al Bashiir | البصير | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Melihat | The All Seeing |
29 | Al Hakam | الحكم | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menetapkan | The Judge, the Arbitrator |
30 | Al `Adl | العدل | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Adil | The Utterly Just |
31 | Al Lathiif | اللطيف | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Lembut | The Subtly Kind |
32 | Al Khabiir | الخبير | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengetahui Rahasia | The All Aware |
33 | Al Haliim | الحليم | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penyantun | The Forbearing, the Indulgent |
34 | Al `Azhiim | العظيم | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Agung | The Magnificent, the Infinite |
35 | Al Ghafuur | الغفور | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pengampun | The All Forgiving |
36 | As Syakuur | الشكور | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pembalas Budi (Menghargai) | The Grateful |
37 | Al `Aliy | العلى | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Tinggi | The Sublimely Exalted |
38 | Al Kabiir | الكبير | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Besar | The Great |
39 | Al Hafizh | الحفيظ | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menjaga | The Preserver |
40 | Al Muqiit | المقيت | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pemberi Kecukupan | The Nourisher |
41 | Al Hasiib | الحسيب | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Membuat Perhitungan | The Reckoner |
42 | Al Jaliil | الجليل | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mulia | The Majestic |
43 | Al Kariim | الكريم | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pemurah | The Bountiful, the Generous |
44 | Ar Raqiib | الرقيب | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengawasi | The Watchful |
45 | Al Mujiib | المجيب | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengabulkan | The Responsive, the Answerer |
46 | Al Waasi` | الواسع | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Luas | The Vast, the All Encompassing |
47 | Al Hakiim | الحكيم | Yang Memiliki Mutlak sifat Maka Bijaksana | The Wise |
48 | Al Waduud | الودود | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pencinta | The Loving, the Kind One |
49 | Al Majiid | المجيد | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mulia | The All Glorious |
50 | Al Baa`its | الباعث | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Membangkitkan | The Raiser of the Dead |
51 | As Syahiid | الشهيد | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menyaksikan | The Witness |
52 | Al Haqq | الحق | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Benar | The Truth, the Real |
53 | Al Wakiil | الوكيل | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memelihara | The Trustee, the Dependable |
54 | Al Qawiyyu | القوى | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Kuat | The Strong |
55 | Al Matiin | المتين | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Kokoh | The Firm, the Steadfast |
56 | Al Waliyy | الولى | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Melindungi | The Protecting Friend, Patron, and Helper |
57 | Al Hamiid | الحميد | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Terpuji | The All Praiseworthy |
58 | Al Mushii | المحصى | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengkalkulasi | The Accounter, the Numberer of All |
59 | Al Mubdi` | المبدئ | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memulai | The Producer, Originator, and Initiator of all |
60 | Al Mu`iid | المعيد | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengembalikan Kehidupan | The Reinstater Who Brings Back All |
61 | Al Muhyii | المحيى | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menghidupkan | The Giver of Life |
62 | Al Mumiitu | المميت | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mematikan | The Bringer of Death, the Destroyer |
63 | Al Hayyu | الحي | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Hidup | The Ever Living |
64 | Al Qayyuum | القيوم | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mandiri | The Self Subsisting Sustainer of All |
65 | Al Waajid | الواجد | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penemu | The Perceiver, the Finder, the Unfailing |
66 | Al Maajid | الماجد | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mulia | The Illustrious, the Magnificent |
67 | Al Wahiid | الواحد | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Esa | The One, the All Inclusive, the Indivisible |
68 | As Shamad | الصمد | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Dibutuhkan, Tempat Meminta | The Self Sufficient, the Impregnable, the Eternally Besought of All, the Everlasting |
69 | Al Qaadir | القادر | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menentukan, Maha Menyeimbangkan | The All Able |
70 | Al Muqtadir | المقتدر | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Berkuasa | The All Determiner, the Dominant |
71 | Al Muqaddim | المقدم | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mendahulukan | The Expediter, He who brings forward |
72 | Al Mu`akkhir | المؤخر | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengakhirkan | The Delayer, He who puts far away |
73 | Al Awwal | الأول | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Awal | The First |
74 | Al Aakhir | الأخر | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Akhir | The Last |
75 | Az Zhaahir | الظاهر | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Nyata | The Manifest; the All Victorious |
76 | Al Baathin | الباطن | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Ghaib | The Hidden; the All Encompassing |
77 | Al Waali | الوالي | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memerintah | The Patron |
78 | Al Muta`aalii | المتعالي | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Tinggi | The Self Exalted |
79 | Al Barri | البر | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penderma | The Most Kind and Righteous |
80 | At Tawwaab | التواب | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penerima Tobat | The Ever Returning, Ever Relenting |
81 | Al Muntaqim | المنتقم | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penyiksa | The Avenger |
82 | Al Afuww | العفو | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pemaaf | The Pardoner, the Effacer of Sins |
83 | Ar Ra`uuf | الرؤوف | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pengasih | The Compassionate, the All Pitying |
84 | Malikul Mulk | مالك الملك | Yang Memiliki Mutlak sifat Penguasa Kerajaan (Semesta) | The Owner of All Sovereignty |
85 | Dzul Jalaali Wal Ikraam | ذو الجلال و الإكرام | Yang Memiliki Mutlak sifat Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan | The Lord of Majesty and Generosity |
86 | Al Muqsith | المقسط | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Adil | The Equitable, the Requiter |
87 | Al Jamii` | الجامع | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengumpulkan | The Gatherer, the Unifier |
88 | Al Ghaniyy | الغنى | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Berkecukupan | The All Rich, the Independent |
89 | Al Mughnii | المغنى | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memberi Kekayaan | The Enricher, the Emancipator |
90 | Al Maani | المانع | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mencegah | The Withholder, the Shielder, the Defender |
91 | Ad Dhaar | الضار | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memberi Derita | The Distressor, the Harmer |
92 | An Nafii` | النافع | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memberi Manfaat | The Propitious, the Benefactor |
93 | An Nuur | النور | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Bercahaya (Menerangi, Memberi Cahaya) | The Light |
94 | Al Haadii | الهادئ | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pemberi Petunjuk | The Guide |
95 | Al Baadii | البديع | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pencipta | Incomparable, the Originator |
96 | Al Baaqii | الباقي | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Kekal | The Ever Enduring and Immutable |
97 | Al Waarits | الوارث | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pewaris | The Heir, the Inheritor of All |
98 | Ar Rasyiid | الرشيد | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pandai | The Guide, Infallible Teacher, and Knower |
99 | As Shabuur | الصبور | Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Sabar | The Patient, the Timeless |