Sunday, May 3, 2009

Hukum Menyandarkan Ilmu Ghaib Kepada Makhluk

Siapa yang mengklaim bahwa dirinya mengetahui salah satu dari kunci-kunci ghaib, maka ia kafir. Siapa yang mengatakan; "Besok pasti hujan," ia adalah kafir, kecuali jika ia tidak memastikan dan mengandalkan kepada ilmu pengetahuan alam yang didasarkan kepada eksperimen atau hukum kebiasaan, maka ia tidak kafir. Seperti juga mengabarkan akan adanya gerhana berdasarkan ilmu hisab atau ilmu falak.

Ibnul Haj menukil kesepakatan ulama atas kafirnya orang yang mengatakan bahwa para wali mengetahui apa yang sudah terjadi dan apa yang akan terjadi sampai hari kiamat nanti.

Bid'ah Rafidhah dan Shufiyah

Imam Ibnu Qutaibah, penyambung lidah Ahlus Sunnah pada abad ketiga, telah menjelaskan kebid'ahan dan kekufuran orang yang menyandarkan ilmu ghaib kepada makhluk. Dalam risalah Al-Ikhtilaf fil Lafzhi , beliau berkata: "Rafidhah (syi'ah) telah keterlaluan di dalam mencintai Ali Radhiallahu anhu, mereka mengunggulkannya melebihi orang yang diunggulkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan oleh seluruh sahabatnya (termasuk oleh Ali Radhiallahu anhu sendiri). Mereka mengklaim bahwa Ali derajatnya sejajar dengan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam kenabian. Mereka menganggap bahwa para imam dari anak-anaknya memiliki ilmu ghaib." Ucapan tersebut disamping dusta dan kufur adalah kebodohan yang terlalu.

Kemudian bid'ah syi'ah ini menyebar ke kalangan shufiyah (orang tasawuf) karena eratnya hubungan dua kelompok tersebut, sehingga kita dapati orang-orang shufi meyakini bahwa termasuk karamah para wali adalah melihat Lauhul Mahfuzh dan membaca isinya. Sampai Asy-Sya'rani (tokoh shufi) mengatakan bahwa Muhyiddin Ibnu Arabiy (pelopor faham menyimpang yang disebut "wihdatul wujud" , yakni bersatunya Allah dengan alam/makhluq) diberi tahu oleh Allah perbedaan antara apa yang ditulis di Lauhul Mahfuzh dengan tulisan para makhluk. Dan Abdul Karim Al-Jiliy mengklaim bahwa dirinya telah dimi'rajkan dan berkumpul dengan seluruh para Nabi, wali dan malaikat dari berbagai macamnya dan dibukakan untuknya tabir ghaib sehingga mengetahui hakikat segala sesuatu dari sejak azal sampai kepada jaman yang tak bertepi. Sampai Yusuf An-Nabhani mengatakan: "Lauhul Mahfuzh adalah hati seorang arif, artinya hati orang yang ma'rifat itu bagaikan kaca cermin yang dihadapkan kepada Lauhul Mahfuzh, apa yang tertulis di Lauhul Mahfuzh bisa terekam di hati seorang arif."

Manusia Tidak Dapat Mengetahui Alam Ghaib

Jika para rasul yang merupakan utusan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam menyampaikan syariat-Nya kepada manusia tidak mengetahui hal yang ghaib sedikitpun, maka sudah tentu manusia secara umum tidak ada yang dapat mengetahui alam ghaib atau menjangkau batasan-batasannya. Allah Subhanahu wa Ta'ala hanya memerintahkan agar mengimani perkara yang ghaib dengan keimanan yang benar.

Keyakinan seperti ini agaknya sudah mulai membias. Apalagi saat ini banyak sekali orang yang menampilkan dirinya sebagai narasumber untuk urusan-urusan yang ghaib, mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan masa depan seseorang, dari mulai jodoh, karir, bisnis, atau yang lainnya.

Kata ‘dukun’ barangkali sekarang ini jarang didengar dan bahkan serta merta mereka akan menolak bila dikatakan dukun. Dalihnya, apalagi kalau bukan seputar “Kami tidak meminta syarat-syarat apapun kepada anda”, “Kami tidak menyuruh memotong ayam putih”, dan sebagainya. Padahal praktek seperti itu adalah praktek dukun juga. Bedanya, dukun sekarang ini berpendidikan sehingga bahasa yang digunakannya pun bahasa-bahasa ilmiah, sehingga mereka jelas enggan disebut dukun.

Tak ada seorang pun yang dapat melihat dan mengetahui perkara ghaib, menentukan ini dan itu terhadap sesuatu yang belum dan akan terjadi di masa datang. Jika toh bisa, itu semata-mata bantuan dan tipuan dari setan, sehingga dusta bila itu dihasilkan dari latihan dan olah jiwa.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

“Dan sesungguhnya Iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka lalu mereka mengikutinya, kecuali sebahagian orang-orang yang beriman. Dan tidak adalah kekuasaan Iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dari siapa yang ragu-ragu tentang hal itu. Dan Rabbmu Maha Memelihara segala sesuatu.” (Saba`: 20-21)

Ada pula sebagian manusia yang memiliki aqidah rusak, di mana mereka meyakini adanya sebagian orang yang keberadaannya ghaib dari pandangan manusia, dan biasanya identik dengan orang-orang yang dianggap telah suci jiwanya. Mereka mengistilahkannya dengan roh suci atau rijalul ghaib.

Ketahuilah bahwa tidak ada istilah manusia ghaib. Tidak ada pula istilah rijalul ghaib di tengah-tengah manusia. Rijalul ghaib itu tiada lain adalah jin. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (Al-Jin: 6) (Lihat Qa’idah ‘Azhimah, hal. 152)

Alam ghaib tetaplah ghaib, sesuatu yang tidak bisa diketahui dan dilihat manusia kecuali apa yang telah Allah Subhanahu wa Ta'ala beritakan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

“(Dia adalah) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.” (Al-Jin: 26-27)

Apakah Ada selain Allah yang Mengetahui Hal Ghaib ??

1. Para Rasul Tidak Mengetahui yang Ghaib

Telah disebutkan sebelumnya bahwa sekumpulan jin datang kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian mendengarkan bacaan Al-Qur`an. Ketika itu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengetahui kehadiran mereka kecuali setelah sebuah pohon memberitahunya –dan Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha Kuasa untuk menjadikan pohon dapat berbicara– seperti yang disebutkan Al-Imam Al-Bukhari dalam Shahih-nya dari shahabat Ibnu Mas’ud radhiallahu 'anhu. Ini menunjukkan bahwa beliau tidak mengetahui perkara ghaib kecuali yang telah Allah Subhanahu wa Ta'ala kabarkan. (Nashihati li Ahlis Sunnah Minal Jin)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

“Katakanlah: ‘Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak pula aku mengetahui yang ghaib dan tidak pula aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengetahui kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.’ Katakanlah: ‘Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?’ Maka apakah kamu tidak memikirkannya?” (Al-An’am: 50)


Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman:

“Katakanlah: ‘Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak pula menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman’.” (Al-A’raf: 188)

Catatan : Para Rasul hanya mengetahui tentang hal ghaib sesuai dengan apa yang Allah wahyukan, selain dari itu, Tidak mentehauinya.

2. Para Malaikat Tidak Mengetahui yang Ghaib

Kendatipun para malaikat adalah mahluk yang dekat di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala, namun untuk urusan ghaib ternyata mereka pun tidak mengetahuinya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman saat pertama kali hendak menciptakan manusia:

“Dan ingatlah ketika Rabbmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Allah berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui.’ Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!’ Mereka menjawab: ‘Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana’.” (Al-Baqarah: 30-32)

Catatan : Para Malaikat hanya mengetahui tentang hal ghaib sesuai dengan apa yang Allah ajarkan, selain dari itu, Tidak mentehauinya.

3. Kaum Jin Tidak Mengetahui yang Ghaib

Banyak sekali orang yang tertipu dan keliru kemudian mengira jika bangsa jin mengetahui yang ghaib, terutama bagi mereka yang terjun dalam kancah sihir dan perdukunan. Akibatnya, kepercayaan dan ketergantungan mereka terhadap jin sangatlah besar sehingga menggiring mereka kepada kekufuran.

Padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan tegas telah mementahkan anggapan ini dalam firman-Nya:“Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan.” (Saba`: 14)

Definisi Ghaib

"Katakanlah: Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah." (An-Naml : 65)

Definisi Ghaib

Ar-Raghib Al-Asfahany berkata:"Apa saja yang lepas dari (jangkauan) indra dan pengetahuan manusia adalah ghaib."

Al-Baji berkata: "Ghaib adalah apa yang tidak ada dan apa yang tidak tampak oleh manusia."

Ghaib adalah segala sesuatu yang tersembunyi dan tidak terlihat oleh manusia, seperti surga, neraka dan apa yang ada di dalamnya, alam malaikat, hari akhir, alam langit dan yang lainnya yang tidak bisa diketahui manusia kecuali bila ada pemberitaan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. (Lihat Tafsir Al-Qur`anul ‘Azhim, 1/53)

Mempercayai hal-hal yang ghaib merupakan salah satu syarat dari benarnya keimanan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

“Alif laam miim. Kitab (Al-Qur`an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Qur`an) yang diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu. Serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Rabb mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (Al-Baqarah: 1-5)

Hanya Allah yang Mengetahui

Ilmu ghaib adalah khusus milik Allah. Cukup banyak ayat-ayat dan hadits yang mengatakan tentang hal tersebut. Di dalam surat Al-An'am ayat 59, Allah berfirman:
" Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)."

Sesungguhnya tak ada seorangpun yang mengetahui perkara ghaib dan hal-hal yang berhubungan dengannya, kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala telah banyak menegaskan hal ini dalam Al-Qur`an. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

“Katakanlah: ‘Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah’, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.” (An-Naml: 65)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat, dan Dialah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Luqman: 34)

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman:

“Yang demikian itu ialah Rabb Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.” (As-Sajdah: 6)

Dalam ayat lainnya:

“Allah berfirman: ‘Bukankah sudah Aku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?’.” (Al-Baqarah: 33)

Banyak sekali dalil-dalil yang berhubungan dengan masalah ini. Namun mungkin yang disebutkan di sini, sudah dapat mewakili bahwa Allah-lah yang mengetahui hal ihwal alam ghaib. Sedangkan manusia, tak ada yang bisa mengetahui dan melihatnya kecuali apa-apa yang telah Allah Subhanahu wa Ta'ala kuasakan.


Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
" Kunci-kunci ghaib ada lima, tidak ada yang mengetahuinya selain Allah. Sesungguhnya di sisi Allah terdapat ilmu tentang kiamat, Dia menurunkan hujan, dan Dia mengetahui apa yang ada di dalam rahim. Tidak ada jiwa (manusia) yang mengetahui apa yang bakal ia peroleh (alami) besok. Dan tidak ada jiwa yang mengetahui di negeri mana ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Teliti. " (HR. Al-Bukhari dan Ahmad dari Ibnu Umar, lafazhnya Ahmad)

Aisyah berkata: "Barangsiapa menyangka bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bisa memberi tahu apa yang bakal terjadi besok pagi, maka ia benar-benar telah berdusta besar kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala karena Allah telah berfirman: "Katakanlah: Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah." (An-Naml : 65)

Sunday, April 19, 2009

Download Murotal Mp3

1. Translation of the meaning of the Holy Quran
2. Abd AlWADOOD Haneef
3. Abd-ALLAH Basfar-MUJAWWAD
4. Abdel Aziz Al Ahmed
5. Abdul Azeez az-Zahrany
6. Abdul Badeia Abu Hashem
7. Abdul Fattah Shashaey
8. Abdul Khaliq Ali
9. Abdul Muhsen al-Harthy
10. Abdul Muhsen Al-Qasem & Thobaity
11. Abdul Munem Abdul Mobdi
12. Abdul Qadir Abdullah
13. Abdul rahman abdul khaliq
14. Abdul Rahman Alsudais
15. Abdul-Aziz Nada
16. Abdul-BARY Al-Thobaity
17. Abdul-Bary Mohammad
18. Abdul-WAHHAB Al-Tantawy
19. AbdulBASET -Mujawwad
20. AbdulBasit AbdulSamad
21. AbdulBasit AbdulSamad (warsh)
22. AbdulHadi Kanakry
23. Abdulhamed Hafeth
24. AbdulKarim Ad-Diwan
25. Abdulla al-Khelaify
26. Abdulla al-Rifaey
27. Abdullah al-Buraimy
28. Abdullah Al-johany
29. Abdullah Al-Matrud
30. Abdullah Basfar
31. Abdullah Khayyat
32. AbdulRahman AlMishary
33. Abu Hajar Al-Iraqi
34. Abu Huthaifa Almakki
35. Abul Wafa Al-Saeedy
36. Adel AL-Kalbany
37. Adel AL-Kalbany…sho3ba
38. Adel Rayyan
39. Ahmad A. AlTorjuman
40. Ahmad Abdul-Ghaffar Bahbah
41. Ahmad Al-Me’serawe
42. Ahmad Al-Me’serawe (Abe AlHareth)
43. Ahmad Al-Me’serawe (Alddore An Abe Amr)
44. Ahmad Al-Me’serawe (Ebn Jammaz)
45. Ahmad Al-Me’serawe (Ebn Thakwan)
46. Ahmad Al-Me’serawe (Ebn Wardan)
47. Ahmad Al-Me’serawe (Eshaq AlWarraq )
48. Ahmad Al-Me’serawe (Khalaf)
49. Ahmad AlHawashe
50. Ahmad bin Ali Al-Ajmy
51. Ahmad Khalil Shaheen
52. Ahmad Sameer Sharara
53. Ahmed al-Trabulsy
54. Ahmed Ibrahim
55. Ahmed Sameer
56. Al-Ashry Imran
57. Al-Dokaly Mohammed al-Alem -Qaloon
58. Ali Al-Hothaify
59. Ali Al-Hothaify - Qaloon
60. Ali bin Jaber
61. Ali Hajjaj Al-Suwaisy
62. Ali Saleh al-Balloushy
63. AlOyoon AlKoshe (warsh)
64. Ameen Abdul-Hameed
65. Anwar al Sabban
66. Ashraf Al Basyony
67. Ayman Mursy
68. Fahd al-Badry
69. Fahd al-Ghurab
70. Fahd al-Kundury
71. Faisal Abdul-Rahman al-Shiddy
72. Faisal Al-Hulaiby
73. Faris Abbad
74. Hani Ar-Refa’i
75. Hazza’ Al-Masory
76. Hesham Al-muhaimeed
77. Hosain Al-Alshaikh
78. Ibraheem AbduLLAH al-Marzouqy
79. Ibraheem al-Akhdar
80. Ibraheem Al-thwaini
81. Ibrahem Asery
82. Ibrahim al-Amry
83. Ibrahim Al-Jibreen
84. Ibrahim As-Sa’dan
85. Ismael al-Shiekh
86. Jazza’a Al-Sowaileh
87. Khaled Al-Majed
88. Khaled al-Muhanna
89. Khalid AboShadi
90. Khalid Al-Qahtani
91. Khalid Al-Saeedi
92. Khalid Ar-rumaih
93. Lafy al-ouny
94. Maged al-Zamel
95. Maher al-Mueaqly
96. Mahmoud Al-Hosary
97. Mahmoud Al-Hosary (Egyptian Radio)
98. Mahmoud Alhosary-Dury
99. Mahmoud Alhosary-warsh
100. Mahmoud Ali al-Banna
101. Mahmoud Emad AbdulFatah
102. Mahmoud Ghonaym
103. Mahmoud Hosary - learning
104. Majed Farouk
105. Mamoon al-Rawy
106. Mishal Yousuf al-Matar
107. Mishary Rashed - Sho’ba
108. Mishary Rashed al-Efasy (1424 H)
109. Mishary Rashed al-Efasy (Albazzi)
110. Mishary Rashed al-Efasy (warsh)
111. Mishary Rashid Al-Efasi
112. Mohammad Abdul Hady
113. Mohammad al-Dubeykhy
114. Mohammad Al-Luhaidan
115. Mohammad al-Zenan
116. Mohammad Farouk - qaloon
117. Mohammad Farouk Mansy
118. Mohammad Hassan
119. Mohammad Ibrahim Shalaan
120. Mohammed Abo Sunaina-qaloon
121. Mohammed Almohaisny
122. Mohammed Ayyoob
123. Mohammed El Sherief
124. Mohammed Nizar bin Marwan
125. Mohammed Rif’at
126. Mosa Hasan Meyan
127. Muhammad AbdulKareem
128. Muhammad AbdulKareem-Bezzy
129. Muhammad Al-Barrak
130. Muhammad al-Majed
131. Muhammad al-Munajjed
132. Muhammad al-Tablawy
133. Muhammad al-Tayyeb Hamdan
134. Muhammad al-Ubaid
135. Muhammad Ayyoub -from Haram
136. Muhammad Jibreel
137. Muhammad Khalil
138. Muhammad Saleh Abu-Zaid
139. Muhammad Sedeeq Al-Menshawe
140. Muhammad Sedeeq Al-Menshawe-learning
141. Muhammad Yusuf
142. Muhammed al-Imam
143. Muhammed Fallata
144. Muhammed Ismael
145. Mustafa Ezzat Humaidan
146. Mustafa Gharby -Warsh
147. Mustafa Ismael
148. Nabeel Al-Refaee
149. Nader Al-Qalawe
150. Naser Al-Qetami
151. Nassir Al-Ghamidi
152. Neamah Alhassan
153. Nour el-Deen Ahmed
154. Qadry Muhammad
155. Qadry Muhammad (rewayat albizzy)
156. Qadry Muhammad (rewayat qaloon)
157. Qadry Muhammad (rewayat shu’ba
158. Qays Hael & Hasan Qaree
159. Ramadan al-Sabbagh
160. Reda AbdulMehsen
161. Reyad al Khulaify
162. Ricitation from al-Masjid al-Nabawy
163. Riyad AlFawaz
164. Sa’d Al-Ghomidi
165. Saad Hasan
166. Saber Abdul-Hakam
167. Said Saeed
168. Salah Al-Budair
169. Salah al-Hashem
170. Salah al-Hashem (sosi)
171. Salah al-Zayyat
172. Salah Alrashed
173. Salah Bo Khater
174. Saleh al-Amry
175. Saleh Al-Habdan
176. Saleh al-Mukayteep
177. Saleh Al-Taleb
178. Salem Abdul-Jaleel
179. Samer Al-Basheree
180. Sami Al-Dosary
181. Sayyed Jomah
182. Sa’eed Sha’lan
183. Shaaban ElSayiad
184. Shady al-Sayyed
185. Shaikh AbuBakr As-Shatery
186. Su’ud As-Shuraim
187. Sulaiman hamad Al-oda
188. Sultan Althiabi
189. Sultan H. Al-Owaid
190. Talha Mohammed Tawfeeq
191. Tareq al-Hawwas
192. Tareq Ibrahim
193. Tawfiq As-Sayegh
194. Teaching Quran for Children
195. Umar al-Quzbary
196. Usama al-safi
197. Usama Khayyat
198. Waleed al-Dleemy
199. Waleed al-Maged
200. Waleed Atef
201. Waleed Idrees - alsousy
202. Waleed Idrees - Khalaf
203. Yahya al-Yahya
204. Yahya Hawa
205. Yaseen Darweesh
206. Yasser al-Dosary
207. Yasser Alfailekawe
208. Yasser Ibraheem Al-Mazroee (Ruwais & Raoh An Yaaqob)
209.Yasser Sabry
210. Yasser Salamah
211. Yasser Seyry
212.Yousuf al-Shweey
213. Zeyad

Tuesday, April 14, 2009

Rukun Laa ilaaha illallah

Laa ilaaha illallah mempunyai dua rukun, yaitu:

1. An-Nafyu (peniadaan) artinya membatalkan syirik dengan segala bentuknya dan mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang disembah selain Allah.

2. Al-Itsbat (penetapan) artinya menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah dan mewajibkan pengamalan sesuai dengan konsekuensinya.

Dalil dari kedua rukun Laa ilaaha illallah ini adalah firman Allah (yang artinya):

“Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat…” (Al Baqarah:256)

‘Barangsiapa yang ingkar kepada thaghut’ adalah makna dari rukun pertama Laa ilaaha, sedangkan ‘Beriman kepada Allah’ adalah makna rukun kedua illallah.

Artikel Lain

Memaknai Syahadat
Makna Laa ilaaha illallah
Syarat Laa ilaaha illallah
Rukun Laa ilaaha illallah

Syarat Laa ilaaha illallah

Bersaksi Laa ilaaha illallah harus dengan tujuh syarat, tanpa syarat-syarat ini tidak bermanfaat bagi yang mengucapkan. Syarat-syarat tersebut adalah:

1. Al-Ilmu artinya mengetahui makna kalimat ini. Karenanya orang yang mengucapkan tanpa memahami makna dan konsekuensinya, ia tidak dapat memetik manfaat sedikitpun, bagaikan orang yang berbicara dengan bahasa tertentu tapi ia tidak mengerti apa yang diucapkannya.

Dalilnya adalah firman Allah (yang artinya):

“Maka ketahuilah bahwa tiada sesembahan (yang haq) selain Allah.” (Muhammad:19)
“Melainkan orang yang menyaksikan kebenaran sedang mereka mengerti.” (Az-Zukhruf:86)

Hadits dari Utsman bin Affan Radhiallahu 'Anhu, katanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda (yang artinya):

“Barangsiapa mati dan dia mengetahui bahwasanya Laa ilaaha illallah ,maka dia akan masuk surga.” (HR. Muslim)

2. Al-Yaqin artinya meyakini sepenuhnya kebenaran kalimat ini tanpa ragu dan bimbang sedikitpun.

Dalilnya firman Allah (yang artinya):

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman keapda Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (Al-Hujurat: 15)

Hadits dari Abu Hurairah (yang artinya):

“Tidaklah bertemu Allah seorang hamba yang membawa kedua kalimat syahadat dan dia betul-betul tidak ragu-ragu kecuali dia masuk surga.” (HR. Muslim)

3. Al-Ikhlas artinya ikhlas tanpa disertai kesyirikan sedikitpun. Inilah konsekuensi pokok Laa ilaaha illallah.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda (yang artinya):
”Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan semata mengharap agar mendapat ridha Allah ‘Azza wa Jalla.” (HR. Bukhari-Muslim)

4. Ash-Shidqu artinya jujur tanpa disertai sifat kemunafikan, karena banyak sekali yang mengucapkan kalimat ini akan tetapi tidak diyakini isinya dalam hati.

Firman Allah (yang artinya):

“Di antara manusia ada yang mengatakan, ‘Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mreka berdusta.” (Al-Baqarah:8-10)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:

“Tiadalah seseorang bersaksi secara jujur dari hatinya bahwa tiada sesembahan yang haq selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, kecuali orang tersebut diharamkan dari neraka.” (Bukhari-Muslim)

5. Al-Mahabbah artinya mencintai kalimat ini dan segala konsekuensinya serta merasa gembira dengan hal itu, hal ini berbeda dengan apa yang dilakukan orang-orang munafik.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (yang artinya):

“Dan di antara manusia ada yang menjadikan sekutu-sekutu selain Allah, mereka mencintainya seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat cinta kepada Allah.” (Al-Baqarah:165)

Dalam hadits shahih dari Anas bin Malik Radhiallahu 'Anhu, katanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda (yang artinya):

“Tiga perkara, jika dimiliki oelh seseorang, ia akan mendapat manisnya iman, yaitu: mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih daripada yang lain, mencintai seseorang karena Allah semata, dan membenci kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan oleh Allah dari kekafiran seperti ia membenci jika dicampakkan ke dalam api neraka.”

6. Al-Inqiyad artinya tunduk dan patuh melaksanakan hak-hak kalimat ini, dengan cara melaksanakan kewajiban atas dasar ikhlas dan mencari ridha Allah, ini termasuk konsekuensinya.

Firman Allah Azza wa Jalla (yang artinya):
“Dan siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah dan berbuat baik, maka dia telah berpegang kepada urwatul wutsqa.” (Lukman:22)

7. Al-Qobul artinya menerima apa adanya tanpa menolak, hal ini dibuktikan dengan melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan Allah.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (yang artinya):

“Sesungguhnya apabila dikatakan kepada mereka Laa ilaaha illallah mereka takabur.” (Ash-Shofat:35)

Syarat-syarat di atas diambil oleh para ulama dari nash Al-Qur’an dan sunnah yang membahas secara khusus tentang kalimat agung ini, menjelaskan hak dan aturan-aturan yang berkaitan dengannya. Yang intinya, kalimat Laa ilaaha illallah bukan sekedar diucapkan dengan lisan.

Artikel Lain

Memaknai Syahadat
Makna Laa ilaaha illallah
Syarat Laa ilaaha illallah
Rukun Laa ilaaha illallah

Makna Laa ilaaha illallah

Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin dalam bukunya yang diterjemahkan menjadi Murnikan Syahadat Anda (hal.35) membawakan analisa Syaikh Sulaiman bin Abdullah dalam buku tafsir ‘Aziz Al-Hamid syarah Kitab Tauhid halaman 53; beliau, Syaikh Sulaiman bin Abdullah menyebutkan makna Laa ilaaha illallah adalah Laa ma’ buda bihaqqin illa ilaahun wahid (tidak ada yang disembah yang sebenarnya kecuali ilah yang satu), yaitu Allah yang tunggal yang tiada memiliki sekutu baginya.

“Dan tiadalah Kami mengutus sebelummu (Muhammad) seorang rasul pun kecuali Kami wahyukan kepadanya, bahwa sesungguhnya tidak ada ilah kecuali Aku, maka sembahlah Aku.” (Al-Anbiya’:25)

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thaghut.” (An-Nahl:36)

Makna ilah yang sebenarnya adalah al-ma’bud (sesuatu yang disembah). Karenanya ketika Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mengajak orang musyrik Quraisy untuk mengucapkan Laa ilaaha illallah, mereka menjawab:

“Mengapa ia menjadikan ilah-ilah itu ilah yang satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (Shad:5)

Demikian penjelasan Syaikh Jibrin pada buku tersebut hal.35-37.

Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan di dalam bukunya, yang diterjemahkan dengan judul “Kitab Tauhid I” pada hal 52-53 menjelaskan beberapa penafsiran batil menganai Laa ilaaha illallah ini yang banyak beredar di masyrakat. (Saya nukil dengan sedikit perubahan) Adapun yang menafsirkan “Tidak ada sesembahan kecuali Allah”, “Tidak ada Tuhan selain Allah”; ini adalah tafsiran yang batil. Hal ini menyelisihi kenyataan, karena pada kenyataannya ada yang disembah kecuali Allah. Kemudian, tafsiran tersebut dapat berarti juga bahwa setiap yang disembah baik yang haq maupun batil adalah Allah.

Sedangkan penafsiran “Tidak ada pencipta selain Allah”, “Tidak ada pemberi rizqi kecuali Allah”, ini hanyalah sebagian dari arti kalimat Laa ilaaha illallah. Bukan ini yang dimaksud, karena arti ini hanya mencakup tauhid rububiyah saja, sedangkan tauhid meliputi rububiyah, uluhiyah, dan asma dan sifat Allah.

Demikian pula penafsiran “Tidak ada hakim (penentu hukum) kecuali Allah”, ini juga cuma sebagian dari kalimat Laa ilaaha illallah. Bukan ini yang dikehendaki, karenanya maknanya belum cukup.

Artikel Lain

Memaknai Syahadat
Makna Laa ilaaha illallah
Syarat Laa ilaaha illallah
Rukun Laa ilaaha illallah

Memaknai Syahadat Laa ilaaha illallah !!

Memaknai Syahadat Laa ilaaha illallah !!

Syahadat Laa ilaaha illallah
merupakan pondasi dasar dienul Islam. Ia merupakan rukun pertama dari rukun Islam yang lima. Kalimat Laa ilaaha illallah merupakan kalimat yang menjadi pemisah antara mukmin dan kafir. Ia menjadi tujuan diciptakannya makhluk. Ia juga merupakan sebab di utusnya para rasul. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sendiri diperintah untuk memerangi manusia sehingga manusia mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah, sebagaimana hadits yang terdapat dalam Bukhari dan Muslim, yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu (yang artinya):

“Aku diperintah memerangi manusia sehingga mereka mengucapkan Laa ilaaha illallah. Barangsiapa yang telah mengucapkan Laa ilaaha illallah berarti selamat dariku harta dan jiwanya kecuali hak keduanya. Dan adapun perhitungannya (diserahkan) kepada Allah Azza wa Jalla.”

Karena kalimat Laa ilaaha illallah ini pula ditegakkan timbangan keadilan dan catatan amal. Merupakan materi utama yang akan ditanyakan dan dihisab, merupakan asas agama, merupakan hak Allah atas hamba-Nya untuk masuk Islam dan kunci keselamatan, penentu surga dan neraka.

Kita terkadang melihat sebagian kaum muslimin –kalau tidak boleh dikatakan banyak- setelah mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah, telah merasa bahwa dirinya sudah selamat dari api neraka. Asalkan sudah mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah sudah pasti masuk surga, sudah jaminan bebas dari api neraka. Mereka tidak lagi melihat haram dan haram. Tidak memperhatikan lagi apakah melakukan ke-syirik-kan atau tidak. Apakah telah melakukan perbuatan yang bisa membatalkan syahadat-nya atau tidak.

Mereka, selain menyembah Allah juga menyembah kepada yang lain. Datang dan minta ke kuburan, menyembah kuburan, minta berkah kepada batu atau pohon, menggunakan jimat dan mantra-mantra, berdoa kepada selain Allah, menyembelih binatang untuk selain Allah, bernadzar kepada selain Allah, bersumpah kepada selain Allah, datang, percaya, dan minta kepada dukun, melakukan sihir, dan melakukan perbuatan-perbuatan lainnya yang dapat mengurangi kesempurnaan bahkan membatalkan syahadatnya.

Ketika diberitahu dan diingatkan, terkadang di antara mereka berdalih dengan hadits: dari Anas bin Malik Radhiallahu 'Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda kepada Muadz bin Jabal (yang artinya):

“ Tak ada seorang hamba pun yang bersaksi bahwa tiada illah kecuali Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya kecuali Allah mengharamkan baginya neraka.” (Riwayat Muslim)

Sudahkah mereka memahami, apa makna kalimat Laa ilaaha illallah? Apa syarat dan rukun-nya, apa pula konsekuensinya dan pembatal-pembatalnya?

Ketika mereka (para penyembah berhala) diberitahu, dijelaskan kebenaran, kebanyakan dari mereka berpaling, kecuali orang-orang yang dirahmati oleh Allah. Mereka tetap saja menyembah berhala dan tidak mau mendengarkan firman Allah dan sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, serta menolak petunjuk orang-orang yang memberi nasihat, dan barangkali juga mereka justru menentang dan menyakiti orang yang mengingkari kebatilan dan dosa-dosa mereka. Allahu Musta’an.

Mereka lupa (atau berpura-pura lupa?) atau bodoh (atau berpura-pura bodoh?)? Atau memang karena tidak tahu? Belum sampai penjelasan kepada mereka? entahlah. Allahu A’lam; bahwa di dalam kalimat Laa ilaaha illallah terdapat syarat dan rukun yang harus kita penuhi, konsekuensi-konsekuensi yang harus kita laksanakan, ada juga pembatal-pembatal yang harus kita tingggalkan dan jauhi. Jadi tidak semata-mata hanya mengucapkan Laa ilaaha illallah semuanya menjadi beres.

Kalau kita tidak waspada dan hati-hati, kita dapat berbuat seperti mereka, melakukan hal-hal yang dapat mengurangi kesempurnaan tauhid, bahkan melakukan hal-hal yang dapat membatalkan Laa ilaaha illallah kita. Naudzu billahi min dzalik. Kita berlindung dari hal yang demikian.

Karenanya mari kita bersama-sama mengoreksi syahadat Laa ilaaha illallah yang telah kita ucapkan. Apakah sudah memenuhi syarat dan rukunnya, maknanya, konsekuensinya, apakah telah meninggalkan pembatal-pembatalnya atau belum. Apabila sudah, alhamdulillah, itu yang kita harapkan. Namun apabila sebaliknya, marilah kita perbaiki, mumpung masih ada kesempatan. Selagi ajal belum sampai tenggorokan.

Artikel Lain

Memaknai Syahadat
Makna Laa ilaaha illallah
Syarat Laa ilaaha illallah
Rukun Laa ilaaha illallah

Thursday, April 2, 2009

Makna Lafad Allah

Lafad Allah berasal dari kata ilah yang merupakan kata jenis yang diberikan untuk semua sembahan, baik yang benar maupun yang batil, tetapi kemudian hanya diperuntukkan bagi sesembahan yang benar (haqq) saja. Adapun Allah adalah nama yang tertentu bagi sesembahan yang haqq, dan tidak diberikan kepada yang lain. Ia merupakan kata jadian yang berasal dari kata ilahah, atau uluhah, atau uluhiyyah, yang semuanya berarti “ibadah” hanya di sini kata itu diartikan sebagai ma’bud (yang disembah).

Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa lafal jalalah ini berasal dari kata alaha yang berarti tahayyana (bingung), sebab Allah SWT membuat akal dan pemahaman menjadi bingung jika memikirkan keadaan-Nya.

Pendapat lain mengatakan bahwa kata Allah itu berasal dari kata aliha yang artinya “senang” atau “menaruh kepercayaan kepada-Nya,” sebab hati menjadi tenteram dan mengingat-Nya, dan jiwa menjadi tenang dengan mengenal-Nya. Dan masih banyak lagi pendapat lainnya.

Allah adalah nama yang diberikan kepada Dzat yang maujud dan haqq, yang mengumpulkan segala sifat rububiyah, yang munfarid dengan wujud hakiki, sebab semua yang wujud selain dia tidak berhak untuk menjadi ada dengan sendirinya, melainkan keberadaannya bergantung kepada-Nya.

Allah adalah nama yang mengumpulan makna semua nama dan hakikat-Nya, dan merupakan Dzat yang disembah secara haqq. Dia tidak membutuhkan siapapun, bahkan yang lainnyalah yang butuh kepada-Nya.

Sumber : Rahasiah 99 Nama Allah yang Indah
Penulis : Ustad Mahmud Samily

Tuesday, March 31, 2009

Download Murotal Gratis

1. Translation of the meaning of the Holy Quran
2. Abd AlWADOOD Haneef
3. Abd-ALLAH Basfar-MUJAWWAD
4. Abdel Aziz Al Ahmed
5. Abdul Azeez az-Zahrany
6. Abdul Badeia Abu Hashem
7. Abdul Fattah Shashaey
8. Abdul Khaliq Ali
9. Abdul Muhsen al-Harthy
10. Abdul Muhsen Al-Qasem & Thobaity
11. Abdul Munem Abdul Mobdi
12. Abdul Qadir Abdullah
13. Abdul rahman abdul khaliq
14. Abdul Rahman Alsudais
15. Abdul-Aziz Nada
16. Abdul-BARY Al-Thobaity
17. Abdul-Bary Mohammad
18. Abdul-WAHHAB Al-Tantawy
19. AbdulBASET -Mujawwad
20. AbdulBasit AbdulSamad
21. AbdulBasit AbdulSamad (warsh)
22. AbdulHadi Kanakry
23. Abdulhamed Hafeth
24. AbdulKarim Ad-Diwan
25. Abdulla al-Khelaify
26. Abdulla al-Rifaey
27. Abdullah al-Buraimy
28. Abdullah Al-johany
29. Abdullah Al-Matrud
30. Abdullah Basfar
31. Abdullah Khayyat
32. AbdulRahman AlMishary
33. Abu Hajar Al-Iraqi
34. Abu Huthaifa Almakki
35. Abul Wafa Al-Saeedy
36. Adel AL-Kalbany
37. Adel AL-Kalbany…sho3ba
38. Adel Rayyan
39. Ahmad A. AlTorjuman
40. Ahmad Abdul-Ghaffar Bahbah
41. Ahmad Al-Me’serawe
42. Ahmad Al-Me’serawe (Abe AlHareth)
43. Ahmad Al-Me’serawe (Alddore An Abe Amr)
44. Ahmad Al-Me’serawe (Ebn Jammaz)
45. Ahmad Al-Me’serawe (Ebn Thakwan)
46. Ahmad Al-Me’serawe (Ebn Wardan)
47. Ahmad Al-Me’serawe (Eshaq AlWarraq )
48. Ahmad Al-Me’serawe (Khalaf)
49. Ahmad AlHawashe
50. Ahmad bin Ali Al-Ajmy
51. Ahmad Khalil Shaheen
52. Ahmad Sameer Sharara
53. Ahmed al-Trabulsy
54. Ahmed Ibrahim
55. Ahmed Sameer
56. Al-Ashry Imran
57. Al-Dokaly Mohammed al-Alem -Qaloon
58. Ali Al-Hothaify
59. Ali Al-Hothaify - Qaloon
60. Ali bin Jaber
61. Ali Hajjaj Al-Suwaisy
62. Ali Saleh al-Balloushy
63. AlOyoon AlKoshe (warsh)
64. Ameen Abdul-Hameed
65. Anwar al Sabban
66. Ashraf Al Basyony
67. Ayman Mursy
68. Fahd al-Badry
69. Fahd al-Ghurab
70. Fahd al-Kundury
71. Faisal Abdul-Rahman al-Shiddy
72. Faisal Al-Hulaiby
73. Faris Abbad
74. Hani Ar-Refa’i
75. Hazza’ Al-Masory
76. Hesham Al-muhaimeed
77. Hosain Al-Alshaikh
78. Ibraheem AbduLLAH al-Marzouqy
79. Ibraheem al-Akhdar
80. Ibraheem Al-thwaini
81. Ibrahem Asery
82. Ibrahim al-Amry
83. Ibrahim Al-Jibreen
84. Ibrahim As-Sa’dan
85. Ismael al-Shiekh
86. Jazza’a Al-Sowaileh
87. Khaled Al-Majed
88. Khaled al-Muhanna
89. Khalid AboShadi
90. Khalid Al-Qahtani
91. Khalid Al-Saeedi
92. Khalid Ar-rumaih
93. Lafy al-ouny
94. Maged al-Zamel
95. Maher al-Mueaqly
96. Mahmoud Al-Hosary
97. Mahmoud Al-Hosary (Egyptian Radio)
98. Mahmoud Alhosary-Dury
99. Mahmoud Alhosary-warsh
100. Mahmoud Ali al-Banna
101. Mahmoud Emad AbdulFatah
102. Mahmoud Ghonaym
103. Mahmoud Hosary - learning
104. Majed Farouk
105. Mamoon al-Rawy
106. Mishal Yousuf al-Matar
107. Mishary Rashed - Sho’ba
108. Mishary Rashed al-Efasy (1424 H)
109. Mishary Rashed al-Efasy (Albazzi)
110. Mishary Rashed al-Efasy (warsh)
111. Mishary Rashid Al-Efasi
112. Mohammad Abdul Hady
113. Mohammad al-Dubeykhy
114. Mohammad Al-Luhaidan
115. Mohammad al-Zenan
116. Mohammad Farouk - qaloon
117. Mohammad Farouk Mansy
118. Mohammad Hassan
119. Mohammad Ibrahim Shalaan
120. Mohammed Abo Sunaina-qaloon
121. Mohammed Almohaisny
122. Mohammed Ayyoob
123. Mohammed El Sherief
124. Mohammed Nizar bin Marwan
125. Mohammed Rif’at
126. Mosa Hasan Meyan
127. Muhammad AbdulKareem
128. Muhammad AbdulKareem-Bezzy
129. Muhammad Al-Barrak
130. Muhammad al-Majed
131. Muhammad al-Munajjed
132. Muhammad al-Tablawy
133. Muhammad al-Tayyeb Hamdan
134. Muhammad al-Ubaid
135. Muhammad Ayyoub -from Haram
136. Muhammad Jibreel
137. Muhammad Khalil
138. Muhammad Saleh Abu-Zaid
139. Muhammad Sedeeq Al-Menshawe
140. Muhammad Sedeeq Al-Menshawe-learning
141. Muhammad Yusuf
142. Muhammed al-Imam
143. Muhammed Fallata
144. Muhammed Ismael
145. Mustafa Ezzat Humaidan
146. Mustafa Gharby -Warsh
147. Mustafa Ismael
148. Nabeel Al-Refaee
149. Nader Al-Qalawe
150. Naser Al-Qetami
151. Nassir Al-Ghamidi
152. Neamah Alhassan
153. Nour el-Deen Ahmed
154. Qadry Muhammad
155. Qadry Muhammad (rewayat albizzy)
156. Qadry Muhammad (rewayat qaloon)
157. Qadry Muhammad (rewayat shu’ba
158. Qays Hael & Hasan Qaree
159. Ramadan al-Sabbagh
160. Reda AbdulMehsen
161. Reyad al Khulaify
162. Ricitation from al-Masjid al-Nabawy
163. Riyad AlFawaz
164. Sa’d Al-Ghomidi
165. Saad Hasan
166. Saber Abdul-Hakam
167. Said Saeed
168. Salah Al-Budair
169. Salah al-Hashem
170. Salah al-Hashem (sosi)
171. Salah al-Zayyat
172. Salah Alrashed
173. Salah Bo Khater
174. Saleh al-Amry
175. Saleh Al-Habdan
176. Saleh al-Mukayteep
177. Saleh Al-Taleb
178. Salem Abdul-Jaleel
179. Samer Al-Basheree
180. Sami Al-Dosary
181. Sayyed Jomah
182. Sa’eed Sha’lan
183. Shaaban ElSayiad
184. Shady al-Sayyed
185. Shaikh AbuBakr As-Shatery
186. Su’ud As-Shuraim
187. Sulaiman hamad Al-oda
188. Sultan Althiabi
189. Sultan H. Al-Owaid
190. Talha Mohammed Tawfeeq
191. Tareq al-Hawwas
192. Tareq Ibrahim
193. Tawfiq As-Sayegh
194. Teaching Quran for Children
195. Umar al-Quzbary
196. Usama al-safi
197. Usama Khayyat
198. Waleed al-Dleemy
199. Waleed al-Maged
200. Waleed Atef
201. Waleed Idrees - alsousy
202. Waleed Idrees - Khalaf
203. Yahya al-Yahya
204. Yahya Hawa
205. Yaseen Darweesh
206. Yasser al-Dosary
207. Yasser Alfailekawe
208. Yasser Ibraheem Al-Mazroee (Ruwais & Raoh An Yaaqob)
209.Yasser Sabry
210. Yasser Salamah
211. Yasser Seyry
212.Yousuf al-Shweey
213. Zeyad

Monday, March 23, 2009

Hal-hal Tentang Do'a

Sebab Terkabulnya Do'a

Waktu Terkabulnya Do'a

Do'a Yang Dikabul

Tempat Terkabulnya Do'a

Tempat - Tempat Dikabulkan Doa

  1. Doa di Shafa, Marwa, dan Muzdalifah
  2. Doa di dalam Ka’bah
  3. Doa di Multazam
  4. Doa di Masjidil Haram
  5. Doa di Raudhah (antara mimbar dan makam Rasulullah saw di Masjid An-Nabawi)
  6. Di Padang Arafah
  7. Di Mina
  8. Di Mudzdalifah

Doa Yang Pasti Dikabulkan Oleh Allah

  1. Doa orang-orang yang terzhalimi
  2. Doa kebaikan dari orang tua untuk anaknya
  3. Doa yang sedang melakukan perjalanan (musafir)
  4. Doa pemimpin yang adil
  5. Doa anak shaleh kepada orangtuanya
  6. Doa orang yang melakukan ibadah haji dan umrah

Friday, March 13, 2009

Tauhid

Tauhid, adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan Allah.

Tauhid dibagi menjadi 3 macam yakni tauhid rububiyah, uluhiyah dan Asma wa Sifat. Mengamalkan tauhid dan menjauhi syirik merupakan konsekuensi dari kalimat sahadat yang telah diikrarkan oleh seorang muslim.

Kedudukan Tauhid dalam Islam

Seorang muslim meyakini bahwa tauhid adalah dasar Islam yang paling agung dan hakikat Islam yang paling besar, dan merupakan salah satu syarat merupakan syarat diterimanya amal perbuatan disamping harus sesuai dengan tuntunan rasulullah.


Dalil Al Qur'an Tentang Keutamaan & Keagungan Tauhid

Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman: "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu" (QS An Nahl: 36)

"Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan" (QS At Taubah: 31)

"Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)" (QS Az Zumar: 2-3)

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus" (QS Al Bayinah: 5)


Perkataan Ulama tentang Tauhid

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: "Orang yang mau mentadabburi keadaan alam akan mendapati bahwa sumber kebaikan di muka bumi ini adalah bertauhid dan beribadah kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa serta taat kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam. Sebaliknya semua kejelekan di muka bumi ini; fitnah, musibah, paceklik, dikuasai musuh dan lain-lain penyebabnya adalah menyelisihi Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam dan berdakwah (mengajak) kepada selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa. Orang yang mentadabburi hal ini dengan sebenar-benarnya akan mendapati kenyataan seperti ini baik dalam dirinya maupun di luar dirinya" (Majmu' Fatawa 15/25)

Karena kenyataannya demikian dan pengaruhnya-pengaruhnya yang terpuji ini, maka syetan adalah makhluk yang paling cepat (dalam usahanya) untuk menghancurkan dan merusaknya. Senantiasa bekerja untuk melemahkan dan membahayakan tauhid itu. Syetan lakukan hal ini siang malam dengan berbagai cara yang diharapkan membuahkan hasil.

Jika syetan tidak berhasil (menjerumuskan ke dalam) syirik akbar, syetan tidak akan putus asa untuk menjerumuskan ke dalam syirik dalam berbagai kehendak dan lafadz (yang diucapkan manusia). Jika masih juga tidak berhasil maka ia akan menjerumuskan ke dalam berbagai bid'ah dan khurafat. (Al Istighatsah, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah hal 293, lihat Muqaddimah Fathul Majiid tahqiq DR Walid bin Abdurrahman bin Muhammad Ali Furayaan, hal 4)


Pembagian Tauhid


Rububiyah

Beriman bahwa hanya Allah satu-satunya Rabb yang memiliki, merencanakan, menciptakan, mengatur, memelihara serta menjaga seluruh Alam Semesta. Sebagaimana terdapat dalam Al Quran surat Az Zumar ayat 62 :"Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu"


Uluhiyah/Ibadah

Beriman bahwa hanya Allah semata yang berhak disembah, tidak ada sekutu bangiNya. "Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang orang yang berilmu (juga menyatakan demikian). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana" (Al Imran : 18). Beriman terhadap uluhiyah Allah merupakan konsekuensi dari keimanan terhadap rububiyahNya.


Asma wa Sifat

Beriman bahwa Allah memiliki nama dan sifat baik (asma'ul husna) yang sesuai dengan keagunganNya. Umat Islam mengenal 99 asma'ul husna yang merupakan nama sekaligus sifat Allah.


Tidak ada Tauhid Mulkiyah

Tauhid itu ada tiga macam, seperti yang tersebut di atas dan tidak ada istilah Tauhid Mulkiyah ataupun Tauhid Hakimiyah karena istilah ini adalah istilah yang baru. Apabila yang dimaksud dengan Hakimiyah itu adalah kekuasaan Allah Azza wa Jalla, maka hal ini sudah masuk ke dalam kandungan Tauhid Rububiyah. Apabila yang dikehendaki dengan hal ini adalah pelaksanaan hukum Allah di muka bumi, maka hal ini sudah masuk ke dalam Tauhid Uluhiyah, karena hukum itu milik Allah Subhanahu wa Ta'ala dan tidak boleh kita beribadah melainkan hanya kepada Allah semata. Lihatlah firman Allah pada surat Yusuf ayat 40. [Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas]

[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan Pertama Jumadil Akhir 1425H/Agustus 2004M]

Sumber : www.id.wikipedia.org
No. Nama Arab Indonesia Inggris
1 Allah الله The God
2 Ar Rahman الرحمن Yang Memiliki Mutlak sifat Pengasih The All Beneficent
3 Ar Rahiim الرحيم Yang Memiliki Mutlak sifat Penyayang The Most Merciful
4 Al Malik الملك Yang Memiliki Mutlak sifat Merajai/Memerintah The King, The Sovereign
5 Al Quddus القدوس Yang Memiliki Mutlak sifat Suci The Most Holy
6 As Salaam السلام Yang Memiliki Mutlak sifat Memberi Kesejahteraan Peace and Blessing
7 Al Mu`min المؤمن Yang Memiliki Mutlak sifat Memberi Keamanan The Guarantor
8 Al Muhaimin المهيمن Yang Memiliki Mutlak sifat Pemelihara The Guardian, the Preserver
9 Al `Aziiz العزيز Yang Memiliki Mutlak Kegagahan The Almighty, the Self Sufficient
10 Al Jabbar الجبار Yang Memiliki Mutlak sifat Perkasa The Powerful, the Irresistible
11 Al Mutakabbir المتكبر Yang Memiliki Mutlak sifat Megah, Yang Memiliki Kebesaran The Tremendous
12 Al Khaliq الخالق Yang Memiliki Mutlak sifat Pencipta The Creator
13 Al Baari` البارئ Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Melepaskan (Membuat, Membentuk, Menyeimbangkan) The Maker
14 Al Mushawwir المصور Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Membentuk Rupa (makhluknya) The Fashioner of Forms
15 Al Ghaffaar الغفار Yang Memiliki Mutlak sifat Pengampun The Ever Forgiving
16 Al Qahhaar القهار Yang Memiliki Mutlak sifat Memaksa The All Compelling Subduer
17 Al Wahhaab الوهاب Yang Memiliki Mutlak sifat Pemberi Karunia The Bestower
18 Ar Razzaaq الرزاق Yang Memiliki Mutlak sifat Pemberi Rejeki The Ever Providing
19 Al Fattaah الفتاح Yang Memiliki Mutlak sifat Pembuka Rahmat The Opener, the Victory Giver
20 Al `Aliim العليم Yang Memiliki Mutlak sifat Mengetahui (Memiliki Ilmu) The All Knowing, the Omniscient
21 Al Qaabidh القابض Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Menyempitkan (makhluknya) The Restrainer, the Straightener
22 Al Baasith الباسط Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Melapangkan (makhluknya) The Expander, the Munificent
23 Al Khaafidh الخافض Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Merendahkan (makhluknya) The Abaser
24 Ar Raafi` الرافع Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Meninggikan (makhluknya) The Exalter
25 Al Mu`izz المعز Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Memuliakan (makhluknya) The Giver of Honor
26 Al Mudzil المذل Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Menghinakan (makhluknya) The Giver of Dishonor
27 Al Samii` السميع Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mendengar The All Hearing
28 Al Bashiir البصير Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Melihat The All Seeing
29 Al Hakam الحكم Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menetapkan The Judge, the Arbitrator
30 Al `Adl العدل Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Adil The Utterly Just
31 Al Lathiif اللطيف Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Lembut The Subtly Kind
32 Al Khabiir الخبير Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengetahui Rahasia The All Aware
33 Al Haliim الحليم Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penyantun The Forbearing, the Indulgent
34 Al `Azhiim العظيم Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Agung The Magnificent, the Infinite
35 Al Ghafuur الغفور Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pengampun The All Forgiving
36 As Syakuur الشكور Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pembalas Budi (Menghargai) The Grateful
37 Al `Aliy العلى Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Tinggi The Sublimely Exalted
38 Al Kabiir الكبير Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Besar The Great
39 Al Hafizh الحفيظ Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menjaga The Preserver
40 Al Muqiit المقيت Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pemberi Kecukupan The Nourisher
41 Al Hasiib الحسيب Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Membuat Perhitungan The Reckoner
42 Al Jaliil الجليل Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mulia The Majestic
43 Al Kariim الكريم Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pemurah The Bountiful, the Generous
44 Ar Raqiib الرقيب Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengawasi The Watchful
45 Al Mujiib المجيب Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengabulkan The Responsive, the Answerer
46 Al Waasi` الواسع Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Luas The Vast, the All Encompassing
47 Al Hakiim الحكيم Yang Memiliki Mutlak sifat Maka Bijaksana The Wise
48 Al Waduud الودود Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pencinta The Loving, the Kind One
49 Al Majiid المجيد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mulia The All Glorious
50 Al Baa`its الباعث Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Membangkitkan The Raiser of the Dead
51 As Syahiid الشهيد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menyaksikan The Witness
52 Al Haqq الحق Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Benar The Truth, the Real
53 Al Wakiil الوكيل Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memelihara The Trustee, the Dependable
54 Al Qawiyyu القوى Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Kuat The Strong
55 Al Matiin المتين Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Kokoh The Firm, the Steadfast
56 Al Waliyy الولى Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Melindungi The Protecting Friend, Patron, and Helper
57 Al Hamiid الحميد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Terpuji The All Praiseworthy
58 Al Mushii المحصى Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengkalkulasi The Accounter, the Numberer of All
59 Al Mubdi` المبدئ Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memulai The Producer, Originator, and Initiator of all
60 Al Mu`iid المعيد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengembalikan Kehidupan The Reinstater Who Brings Back All
61 Al Muhyii المحيى Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menghidupkan The Giver of Life
62 Al Mumiitu المميت Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mematikan The Bringer of Death, the Destroyer
63 Al Hayyu الحي Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Hidup The Ever Living
64 Al Qayyuum القيوم Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mandiri The Self Subsisting Sustainer of All
65 Al Waajid الواجد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penemu The Perceiver, the Finder, the Unfailing
66 Al Maajid الماجد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mulia The Illustrious, the Magnificent
67 Al Wahiid الواحد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Esa The One, the All Inclusive, the Indivisible
68 As Shamad الصمد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Dibutuhkan, Tempat Meminta The Self Sufficient, the Impregnable, the Eternally Besought of All, the Everlasting
69 Al Qaadir القادر Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menentukan, Maha Menyeimbangkan The All Able
70 Al Muqtadir المقتدر Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Berkuasa The All Determiner, the Dominant
71 Al Muqaddim المقدم Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mendahulukan The Expediter, He who brings forward
72 Al Mu`akkhir المؤخر Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengakhirkan The Delayer, He who puts far away
73 Al Awwal الأول Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Awal The First
74 Al Aakhir الأخر Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Akhir The Last
75 Az Zhaahir الظاهر Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Nyata The Manifest; the All Victorious
76 Al Baathin الباطن Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Ghaib The Hidden; the All Encompassing
77 Al Waali الوالي Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memerintah The Patron
78 Al Muta`aalii المتعالي Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Tinggi The Self Exalted
79 Al Barri البر Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penderma The Most Kind and Righteous
80 At Tawwaab التواب Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penerima Tobat The Ever Returning, Ever Relenting
81 Al Muntaqim المنتقم Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penyiksa The Avenger
82 Al Afuww العفو Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pemaaf The Pardoner, the Effacer of Sins
83 Ar Ra`uuf الرؤوف Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pengasih The Compassionate, the All Pitying
84 Malikul Mulk مالك الملك Yang Memiliki Mutlak sifat Penguasa Kerajaan (Semesta) The Owner of All Sovereignty
85 Dzul Jalaali Wal Ikraam ذو الجلال و الإكرام Yang Memiliki Mutlak sifat Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan The Lord of Majesty and Generosity
86 Al Muqsith المقسط Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Adil The Equitable, the Requiter
87 Al Jamii` الجامع Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengumpulkan The Gatherer, the Unifier
88 Al Ghaniyy الغنى Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Berkecukupan The All Rich, the Independent
89 Al Mughnii المغنى Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memberi Kekayaan The Enricher, the Emancipator
90 Al Maani المانع Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mencegah The Withholder, the Shielder, the Defender
91 Ad Dhaar الضار Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memberi Derita The Distressor, the Harmer
92 An Nafii` النافع Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memberi Manfaat The Propitious, the Benefactor
93 An Nuur النور Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Bercahaya (Menerangi, Memberi Cahaya) The Light
94 Al Haadii الهادئ Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pemberi Petunjuk The Guide
95 Al Baadii البديع Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pencipta Incomparable, the Originator
96 Al Baaqii الباقي Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Kekal The Ever Enduring and Immutable
97 Al Waarits الوارث Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pewaris The Heir, the Inheritor of All
98 Ar Rasyiid الرشيد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pandai The Guide, Infallible Teacher, and Knower
99 As Shabuur الصبور Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Sabar The Patient, the Timeless